Menjadi Muslim Visioner
Rangkaian Pemahaman Diri
Setiap muslim adalah pengemban amanah Allah di bumi ini sepanjang hayatnya. Ia hadir di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah Swt semata. Allah Swt berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS: Adz-Dzariat: 56)
Karena itu maka ia berkomitmen untuk menjadikan seluruh aktifitasnya, pikirannya, jiwanya, raganya, hidupnya, matinya, sebagai persembahan kepada Allah Swt semata. Ia benar-benar memahami, mengamalkan dan menghayati janji setianya kepada Allah Swt yang diperintahkan oleh Allah Swt dalam firmannya:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. QS. Al-An’am: 162-163
At-Taubah 9:111
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْءَانِۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”QS. Al-Baqarah: 201
Implementasi Visioner pada Sahabat dan Salafus Shalih
Mari kita kembali teliti sebagian dari para sahabat Nabi yang mulia. Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu misalnya, pada usia 15 tahun telah bergabung dala pasukan perang Khandaq dan peperangan sesudahnya bersama Rasulullah. Sepeninggal Rasulullah, Abdullah bin Umar tergabung dalam perang Yarmuk, Qadisiyah, ikut dalam penaklukkan Mesir dan ikut dalam perang melawan orang-orang Persia.
Lantas, apa yang kemudian disampaikan oleh Ibn Umar. “Kemenangan dalam jihad berkaitan erat dengan perbaikan jiwa.” Oleh karena itu Abdullah bin Umar langsung membacakan ayat Al-Qur’an kepada seseorang yang menyatakan dirinya ingin menjual dirinya kepada Allah, ikut berjihad dan gugur di jalan-Nya.
ٱلتَّـٰٓٮِٕبُونَٱلۡعَـٰبِدُونَٱلۡحَـٰمِدُونَٱلسَّـٰٓٮِٕحُونَٱلرَّٲڪِعُونَٱلسَّـٰجِدُونَٱلۡأَمِرُونَبِٱلۡمَعۡرُوفِوَٱلنَّاهُونَعَنِٱلۡمُنڪَرِوَٱلۡحَـٰفِظُون لِحُدُودِٱللَّهِۗوَبَشِّرِٱلۡمُؤۡمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 112).
Kemudian, mari kita lihat bagaimana sikap seorang Tsabit bin Qais yang mewakili kaum Anshar dalam melihat nilai, akhir dari niat dan tujuannya membela Rasulullah. Tsabit bin Qais adalah seorang yang pandai berorasi, sehingga dia termasuk orator kepercayaan orang-orang Anshar.
Saat Nabi Muhammad datang ke Madinah Al-Munawwarah, Tsabit bin Qais berkhutbah. Dengan suara lantang ia berkata, “Kami akan melindungimu sebagaimana kami melindungi jiwa dan anak-anak kami. Lalu apa yang kami dapatkan?’ Rasulullah menjawab, ‘Surga.’ Mewakili kaum Anshar, Tsabit bin Qais berkata, “Kami rela.”
Hidup memang tidak bisa lepas dari transaski. Tetapi, orang-orang beriman tidak mungkin mau bertransaksi dengan makhluk yang selain pasti rugi lahir-bathin juga berujung pada kesengsaraan. Dua gambaran di atas adalah bukti bahwa orang beriman itu bertransaksinya dengan Allah Ta’ala, dan itulah sebaik-baik visi dalam kehidupan dunia ini.
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٲلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubáh [9]: 111).
Terhadap ayat tersebut, Ibn Katsir dalam tafsirnya menulis, “Allah memberitahu, bahwa Dia akan memberikan ganti atas diri dan harta benda hamba-hamba-Nya yang beriman, karena mereka telah rela mengorbankanya di jalan Allah, digantinya dengan Surga. Yang demikian itu merupakan karunia, kemuliaan dan kebaikan-Nya.
Hasan Al-Bashri dan Qatadah berkata, “Sesungguhnya Allah telah membeli mereka. Demi Allah, harga mereka menjadi sangat mahal.”
Inilah keadaan yang menjadi visi setiap Muslim dan Mukmin. Mereka sama sekali tidak tertarik dengan janji-janji manusia, apalagi yang secara nyata jahil yang karena itu memusuhi agama Allah. Pantas jika kemudian Ibn Al-Jauzi dalam bukunya Shaidul Khatir mendorong diri kita untuk benar-benar memiliki visi yang jauh.
Salah satu tanda visioner adalah adanya kecermatan diri dalam melihat kesudahan dari segala perkara dan pilihan tindakan yang dipilih. Misalnya, seorang Muslim ingin bahagia dunia-akhirat, menjalankan praktik riba, membiasakan dusta, adalah jalan yang pasti akan dijauhinya. Sebab, jika tidak, kebahagiaan dari siapa yang didambakannya dan diyakini pasti bisa diraihnya?
Maka seorang Abdullah bin Umar tidak mau kehilangan kesempatan usia muda. Digunakannya waktu dan energi mudanya untuk membela agama Allah. Dirinya tidak mau terpedaya dengan masa muda, sehingga terus-menerus larut dalam maksiat, dan menunda-nunda taubat. Jadi, tidak benar ungkapan bahwa masjid untuk 60 tahun ke atas. Sebab, menjauhkan diri dari jihad pada usia produktif adalah ciri diri belum memiliki visi yang semestinya.
Bahkan seorang Muslim yang visioner akan benar-benar meresapi apa yang disampaikan oleh Syaiban Ar-Ra’i kepada Sufyan. “Wahai Sufyan! Anggaplah bahwa nikmat yang Allah halangi darimu adalah pemberian dari-Nya untukmu, karena Dia tidak menghalangimu karena kikir, namun Dia menghalangimu karena kasih-Nya.”
Dan, terhadap ucapan tersebut, Ibn Al-Jauzi menyampaikan, “Ternyata aku perhatikan itu adalah ucapan orang yang telah mengatahui hakikat perkara.”
Dari sini teranglah bahwa mengapa heroisme keimanan para sahabat sangat luar biasa. Tidak lain karena mereka memiliki visi yang jauh. Mereka melakukan transaksi, tetapi hanya dengna Allah. Diserahkan jiwa raganya untuk Allah, sehingga dengan itulah mereka mengharapkan keridhoan Allah, sebaik-baik dan paling terjaminnya transaksi dalam kehidupan fana ini.
Jika ada Muslim, Mukmin yang orientasi hidupnya masih mengalami penyimpangan, boleh jadi visinya melenceng dan karena itu ia tidak lagi memperhatikan jiwanya. Rasionya mungkin terus diasah, tetapi tajamnya bukan pada kebaikan dirinya sendiri, apalagi orang lain. Tetapi malah menyembelih diri sendiri.
Ia hanya akan menjadi seorang yang menyesal dan seperti yang diungkapkan oleh sahabat Jallaudin Rumi dari Tabriz, “Jika Ilmu tak membuatmu telanjang dari hawa nafsu. Sungguh kedunguan lebih baik bagimu.” Untuk itu, mari menjadi Muslim yang visioner, yang bahagia bukan karena limpahan benda-benda, pujian dan tepuk tangan manusia. Tetapi karena lelah berjuang, berkorban untuk ikut serta menegakkan agama Allah.
Kisah Mendidik Muslim Untuk Visioner
لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيشُ
“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu“.Baca kisah Muhammad al Fatih sang Penakluk Konstantinopel
Muslim Visioner menurut KH. Abdullah Muadz
Visi adalah tujuan atau gambaran masa depan yang akan kita raih dalam waktu telah ditentukan, sudah tersusun dalam bentuk kalimat baku. Sedangkan Misi adalah apa yang kita lakukan untuk mencapai visi tersebut.
Muslim Visioner adalah Muslim yang mempunyai pandangan kedepan yang jelas, mempunyai mimpi-mimpi masa dapan yang kongkrit. Muslim Visioner sangat cerdas dalam memprediksi kejadian di masa yang akan datang dan dapat menggambarkan tujuan, sasaran dan target-target dalam hidupnya dengan jelas.
Muslim visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kemampuannya yang berorientasi kepada pencapaian visi misi dijelaskan dalam tujuan dan sarannya.
Karekter Muslim Visioner
1. Berwawasan ke masa depan : Muslim visoner mempunyai pandangan yang jelas terhadap suatu yang ingin di capai, serta pandai dalam memprediksi masa depan sekaligus langkah-langkah dan tahapan dalam pencapaian tujuannya.
2. Mampu merumuskan gambaran masa depan yang jelas, inspirasional dan menggugah. Mampu memberi gambaran jelas bagaimana mengelola ‘mimpi’ menjadi kenyataan.
3. Mampu mengubah visi ke dalam aksi : Dia dapat merumuskan visi kedalam misinya, selanjutnya di jabarkan dalam program strategis, road map, target jangka panjang dan jangka pendek, sampai kepada langkah-langkah harian yang harus dilakukan, terwujud dalam sebuah agenda hariannya.
4. Program sedemikian rinci dan jelasnya, akan terlihat sekian banyak program aktifitas yang dibuatnya, sehingga menjadi sebuah kaidah bahwa kewajiban jauh lebih banyak dari pada waktu yang tersedia. Sehingga Dia tidak mau kecolongan waktu sedetik sekalipun.
5. Sedemikian padatnya agenda maka harus memiliki daftar sekala prioritas program dan pekerjaan, agar bisa diselesaikan dengan baik dan berkualitas. Jadi ada urut-urutan pekerjaan mana yang didahulukan, mana yang ditunda dan mana yang belakangan.
6. Tidak sempat lagi meluangkan waktu khusus untuk sekedar hiburan atau permainan, karena semuanya sudah menyatu dengan langkah dan aktifitas hariannya. Jadi tilawah, Qiyamullail, zikir itu menjadi hiburan dan refreshingnya. Pekerjaan hari hari menjadi hobbinya. Target demi target menjadi fokus konsentrasi hariannya.
7. Sangat sensitif dengan si “Pencuri Waktu” karena dia tidak mau kecolongan walau satu detik. Sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Tidak ada satu detik yang lepas kontrol. Capaian target dihitung detik demi detik. Kehilangan satu detik berarti kemuduran target sedetik.
8. Hidup penuh kalkulasi, untung rugi, mudharat manfaat, dosa dan pahala, murahan atau berharga, artifisial atau substansial, ecek-ecek atau hal penting, sampah atau barokah, karena memang hidup bukan spekulasi, sekali gagal tidak bisa diulang. Satu detik berlalu tidak bisa kembali
9. Berani bertindak dalam meraih tujuan, target dan sasaran, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko apapun yang menghadang didepan.
10. Muslim visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Dalam memperhitungkan kejadian dan aktifitas yang di anggapnya penting. Sehinngga dia sangat pandai memprediksi dan mengantisipasi., sangat diperlukan dalam pertahanan hidup.
11. Mampu menggerakan fikiran, perasaan dan seluruh anggota tubuhnya untuk kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dalam menggapai tujuan. Sehingga dengan mudahnya dia mampu menahan aktifitas murahan yang tidak sejalan dengan tujuan dan cita-citanya.
12. Mampu bertahan terhadap segala macam bujukan, rayuan, godaan, tipuan, jebakan yang dapat menjerumuskannya dari segala perbuatan yang murahan, membuang waktu, sia-sia apalagi mengandung dosa.
13. Pandai memotivasi diri sendiri dan orang lain, karena visi dan misi yang dibangun senantiasa menjadi sumber inspirasi dan motivasinya, juga menjadi penentu arah orientasinya. Ketika visi misi sudah tertancap dalam jiwa maka akan menjadi bahan bakar abadi sampai akhir hayatnya.
14. Innovative : muslim vioner sangatlah kreatif dia mengubah berfikir konvesiomal menjadi paradigma baru. Sanggup memecah kebekuan, tidak mau ikut-ikutan. Dia akan bingung peringat HUT 17 agustus sudah 72 tahun merdeka tapi lombanya masih makan kerupuk, balap karung, gigit duit semangka dll, tapi anehnya masih terus teriak revolusi mental….???
15. Proaktif : Muslim visioner tidak akan mudah reaktif, kareana sudah punya rencana strategis, road map sampai kepada agenda hariannya. Sehingga dia tidak mudah terpancing oleh berbagai ajakan dan tarikan yang tidak jelas tujuannya. Dia tidak mau berjoget ditengah gendangan orang lain. Sebaliknya dialah yang akan menabuh gendang agar orang lain joget bersamanya.
16. Berpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diykininya : Muslim visioner sangatlah kuat berpegang terhadap apa yang diyakini. Karena keyakinan itu menjadi energi yang paling besar dalam mengobarkan semangat perjuangannya.
17. Mempunyai komitmen kuat terhadap visi misi yang diembannya, karena dengan berpegang pada visi misi perjalanan hidup ini menjadi jelas, Kemana arah dituju, bagaimana cara menuju arah tersebut, strategi apa yang digunakan, kapan target waktunya, sarana apa yang dibutuhkan, berapa sumberdaya yang dibutuhkan dan seterusnya.
Referensi. Hidayatullah.com, zamzamsyifa.sch.id
Posting Komentar
Posting Komentar