jfl4pTej7k4QfCLcbKfF9s3px8pyp1IT1rbd9c4h
Muhammad al Fatih sang Penakluk Konstantinopel

Iklan Billboard 970x250

Muhammad al Fatih sang Penakluk Konstantinopel


Ayah dan Masa kecilnya


Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad al-Fatih merupakan sultan ketujuh dari daftar sejarah Dinasti Utsmaniyah. Mehmed II lebih sering dikenal dengan sebutan al- Fatih setelah ia menaklukan kerajaan Bizantium Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad. Dan al Fatih lah yang  mampu membuka dan meruntuhkan gerbang konstantinopel  yang telah lama tertutup dan kokoh berdiri dari serangan luar. Al –Fatih pertama kali memimpin sejak saudaranya (beda Ibu)  meninggal dunia, dan saat itu al –Fatih masih berusia muda (12 tahun usianya), namun tak lama dari masa pemerintahannya, ayahnya (Murad II) yang sudah turun tahta, kembali naik tahta untuk menggantikan al- Fatih kecil. Hal tersebut dikarenakan demi keamanan negara dan atas dasar nasihat dari para perdana mentrinya. 
Sultan al Fatih memerintah selama 30 tahun. Sejak meninggalnya Murad II tanggal 3 Februari 1451 sampai meninggalnya al Fatih tanggal 3 Mei 1481. Selama masa pemerintahannya, selain menaklukkan Bizantium, ia juga berhasil menaklukkan banyak daerah  dari wilayah di Asia dan Eropa. Dan yang terpenting dari jasanya  adalah berhasilnya al Fatih dalam mengadaptasi manajemen kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam kerajaan Utsmani. Pertanyaan kita, bagaimana ayah al Fatih dalam mendidik anaknya dan Bagaimana masa kecil al Fatih. Sehingga al Fatih tumbuh sebagai insan yang luar biasa. Bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai sebaik baiknya panglima. Masa Kecil Al Fatih Al Fatih lahir pada tanggal 29/ 30 Maret 1432 di Edirne, yang merupakan ibu kota dari Dinasti Utsmaniyah saat itu. Ia lahir dari rahim seorang ibu bernama Turki Hatun , dan ayahnya adalah Sultan Murad II. Sebagai seorang ayah dan Sultan, Sultan Murad II sangat memperhatikan terhadap pendidikan anaknya. Hal tersebut ia lakukan tidak hanya untuk masa depan anaknya. Lebih dari itu, Murad II ingin mempersiapkan anaknya sebagai penerus dari tahta kekuasaan Utsmaniyah. Al Fatih lahir sebagai putra ketiga Murad II. 
Al Fatih awalnya tidak diperkirakan akan secepat itu menggantikan ayahnya sebagai sultan dalam dinasti Utsmaniyah. Ya, karena masih ada dua kakanya yang bernama Ahmad dan Ali yang akan lebih dulu menggantikan ayahnya. Namun, siapa yang menyangka jika kedua kakaknya meninggal dunia dalam usia yang masih sangat muda. Kematian kedua kakaknya lah yang membuat Murad II mengundang al-Fatih kecil dari Magnesa( saat ini bernama Manisa, dekat dengan Izmir) ke Edirne kota kelahirannya, dan juga  menjadi kota yang akan menemani masa kecil nya hingga ia menjadi pemuda tangguh yang luar biasa. Di Edirne Inilah al Fatih mulai intensif dididik dan dipersiapkan untuk menjadi penerus dan pengganti ayahnya (Murad II). 
Seperti kebanyakan anak zaman sekarang, di awal pendidikannya al Fatih bukanlah anak yang mudah menerima pelajaran. Hal tersebut tidak berarti jika al Fatih adalah anak yang kurang mampu menyerap pelajaran.  Hal ini disebabkan karena kedudukan al Fatih sebagai seorang pangeran sehingga membuatnya menjadi manja dan tak mau taat terhadap guru-guru yang dihadirkan oleh ayahnya dalam mendidiknya. Padahal ia adalah anak yang  sangat cerdas. Banyak guru yang telah gagal dalam mendidik dan menggemblengnya. Sampai akhirnya ,Sultan Murad II mendapatkan seorang ulama sekaligus guru yang berkarisma tinggi serta memiliki sikap yang tegas yang akan mendidik anaknya (al Fatih).  Ialah Syeikh Ahmad bin Ismail Al Kurani, seorang ulama Kurdi. Sebelum Sultan Murad II mengamanahkan Syeikh Ahmad untuk mendidik anaknya, Sultan Murad II membekali syeikh Ahmad al Kurani dengan sebilah kaya untuk digunakan bilamana perlu. 
Dan di awal pertemuan dengan anak didiknya, Syeikh Ahmad Al-Kurani sambil memegang kayu di tangan dan berkata “ayahmu mengirim saya untuk mendidikmu, serta untuk meluruskanmu jika kamu menolak perintah saya.” Al Fatih tertawa mendengar kalimat tersebut. Seketika itu juga syeikh Ahmad memukul Al Fatih dengan keras. Dan betapa terkejutnya al Fatih mendapat pukulan dan perlakuan seperti itu. Ia tak menyangka jika gurunya yang baru itu akan benar-benar memukulnya . Padahal selama ini hidup senang dan keinginannya selalu dituruti oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Kini ia “ kena batunya”. 
Ketegasan Syeikh Ahmad al Kurani ini membuat al Fatih tidak bisa lagi berkutik dan mulai mau untuk belajar dan mentaati gurunya. Ia pun mulai mendalami Al-Quran serta ilmu-ilmu lainnya. Di samping itu, Murabbi Syeikh Ak Syamsuddin yang juga merupakan Murabbi dari Sultan Muhammad Al-Fatih. Beliau adalah guru terdekat dari Sultan al-Fatih. Beliau mengajar Sultan al Fatih ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya. Syeikh Ak Syamsuddin lah yang juga meyakinkan Sultan Muhammad al Fatih, bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits penaklukan Kostantinopel. 
Selain pendidikan yang diprioritaskan oleh Sultan Murad II kepada anak-anaknya sebagai penerus tahtanya. Sesuai kebiasaan dalam kekhalifahan Utsmaniyah kala itu, al Fatih yang saat itu berusia 11 tahun,  dikirim untuk memimpin dan mencari pengalaman di sebuah kota bernama Amasya. Dan tak lama kemudian, tepatnya saat al Fatih sudah menginjak umur 12 tahun, sultan Murad II mengundurkan diri dari tahtanya dan digantikan oleh anak semata wayangnya (al Fatih). Namun, hal ini tak berjalan lama karena permintaan dari perdana mentri dan juga penasihat Murad II. Mereka menganggap bahwa Al- Fatih kala itu, masih sangat muda untuk memimpin. Sehingga kembalilah Murad II memimpin hingga Akhir hayatnya (1455). Dan pada hari kematian ayahnya itu pula Al-Fatih kembali di angkat menjadi pemimpin Daulah Utsmaniyah. Kala itu usianya sudah cukup dewasa yakni 21 tahun.

Menjadi Penguasa Utsmani

Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.

Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.

Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.

Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.

Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.

Tanduk Emas atau Golden Horn
Tanduk Emas atau Golden Horn, di Istanbul, Turki.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.

Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.

Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tentu saja bertentangan dengan syariat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ.

“… Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah, tetapi janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu.” (HR. HR. Muslim no.532)
Kekeliruan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tidak serta-merta membuat kita menafikan jasa-jasanya yang sangat besar. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekhilafannya beliau rahimahullah.

Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad al-Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.

Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya

Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.

Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub al-Anshari

Wafatnya Sang Penakluk

Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.

Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.

KISAH Panglima Muhammad Al-Fatih  (Sultan Mehmed II) seakan tidak pernah usang.  Mengulang-ngulang kisahnya hidupnya dalam lembar-lembar sejarah selalu tidak pernah membosankan. Sosok kepribadian Al-Fatih telah mengantarkan hidupnya untuk mengabdi kepada agama, menjadi sultan yang adil, amanah, Shaleh dan penyayang terhadap rakyatnya. Sebaik-baik penakluk yang pernah dipuji oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.

31 tahun menjadi sultan (855-886 H/1451-1481), adalah masa yang cukup lama. Al-Fatih dikenal sebagai pemipin yang tercerahkan, strateginya dikenal sebagai paling populer, membuat senjata baru pada masa itu bernama meriam.

Setidaknya kepribadian sang sultan selama memimpin rakyatnya dan membawa panji Islam tergambar dari wasiyat singkat tersusun rapi, dalam dan penuh makna.

Semoga dengan wasiyat Al-Fatih ini menjadi pelajaran bagi kita terutama para pemimpin dan wakil rakyat bahwa mereka harus mementingkan urusan agama diatas urusan yang lain.

Belajar dari Wasiatnya

Para pemimpin Muslim saat ini harus banyak belajar darinya. Berikut ini adalah wasiat Muhammad Al-Fatih kepada putranya saat ia menghadapi kematiannya; sebuah wasiat yang mengungkapkan bagaimana prinsipnya menjalani kehidupan, nialai-nilai dan keyakinan yang ia yakini dan ia harap dapat dijalankan oleh khalifah sesudahnya:
 “Tidak lama lagi aku akan mati. Tetapi aku tidak pernah menyesal karena telah meninggalkan calon penerus sepetimu. Jadilah orang yang adil, shaleh dan penyayang.
Lindungilah seluruh rakyatmu tanpa membeda-bedakan, dan bekerjalah untuk menyebar agama Islam.
Karena ini adalah kewajiban semua raja di atas muka bumi . dahulukan perhatianmu kepada agama atas urusan yang apa pun.
Jangan berhenti untuk terus melakoninya. Jangan memilih orang yang tidak memperhatikan urusan agama… tidak menjauhi dosa-dosa besar dan tenggelam dalam ma’syiat, ajuhilah bid’ah yang merusak.
Jauhi orang yang mengajakmu melakukan bid’ah itu. Perluaslah negerimu dengan berjihad, dan jagalah jangan sampai harta Baitul Mal itu agar tidak dihambur-hamburkan.
Jangan mengambil harta seorang pun dari rakyatmu kecuali dengan aturan Islam. Berikan jaminan makanan bagi orang-orang lemah. Muliakanlah sebaik-baiknya orang-orang yang berhak.
Ketahuilah bahwa para ulama itu seperti kekuatan yang tersebar dalam tubuh negaramu. Maka muliakanlah kehormatan mereka dan motivasilah mereka (dengan yang kau miliki).
Jika engkau mendengar seorang ulama di negeri yang jauh, maka undanglah ia datang dan muliakanlah ia.
Wasapada dan hati-hatilah, jangan sampai engkau terlena dengan harta dan pasukan yang banyak.
Jangan sampai engkau menjauhi ulama syari’at.
Jangan sampai engkau cenderung melakukan amalan yang menyelisihi syari’at.
Agama adalah tujuan kita, hidayah adalah jalan hidup kita, dan dengan itulah kita akan menang.
Ambillah pelajaran ini dariku.
Aku datang ke negeri ini seperti seekor semut kecil. Lalu Allah memberiku semua nikmat yang besar ini.

Karenanya ikutilah jalan dan jejakku. Bekerjalah untuk meneguhkan agama ini dan muliakanlah para pengikutnya. Jangan menggunakan uang negara untuk kemewahan dan kesia-siaan atau menggunakan lebih dari yang seharusnya, karena itu adalah penyebab terbesar kebinasaan.” [Muhammad Al-Fatih: Penakluk Konstantinopel, Syaikh Ramzi Al-Munyawi, Pustaka Al-Kautsar].

Demikianlah, setelah 31 tahun melalui pertempuran yang berkelanjutan dalam penaklukan, penguatan dan memakmurkan negerinya, sultan Muhammad Al-Fatih pun meninggal pada tanggal 4 Rabi’ul Awwal 886 H/3Mei 1481 M di Askodra, di dalam tendanya diantara prajurit-prajuritnya. Sebab tahun itu ia sedang menyiapkan misi besar yang tidak diketahu tujuannya, karena ia memang selalu menjaga untuk tidak menyingkap strategi militernya bahkan kepada orang atau panglima terdekat sekalipun.

Tentang itu, ia pernah mengatakan saat ditanya suatu ketika: “Jika saja aku memberi tahu kepada salah satu lembar jenggotku, maka pasti aku akan mencabutnya.”

Semoga Allah merahmati Sultan Muhammad Al-Fatih yang tentangnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluk dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad)

Efek Wasiyat

Dinasti Ottoman atau Turki Ustmani terdiri dari 5 priode. Al-Fatih berada pada priode yang kedua bersama 7 pemimpin (2 sebelumnya dan 5 setelahnya). Priode mengalami kemajuan ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar.

Setelah Muhammad Al-Fatih wafat, tercatat ada lima khalifah yang melanjutkan kepemimpinannya. Satu dari lima itu adalah Sultan Sulaiman I orang barat memberinya gelar “Solomon the Great”.

Pada masa pemerintahannya, Dinasti Utsmani mengalami puncak keemasannya saat itu, memiliki kekuatan militer yang sangat tangguh dan kuat. Berjasa besar terhadap penyebaran agama Islam di daratan Eropa seperti Balkan, Hongaria, Beograd, Austria.

Juga pada kawasan Afrika dan kawasan Teluk Persia. Dan masa ini juga berlaku undang-undang (syariat Islam) berjalan dengan baik.

Jika kita menganalisa, kekhalifahan yang  bergulir setelah Muhammad Al-Fatih dan grafik kemajuan Islam relatif meningkat, menandakan bahwa Al-Fatih telah berhasil mewariskan wasiatnya bagi para penerusnya.

Sebagaimana pada awal wasiat di atas bahwa “Tidak lama lagi aku akan mati. Tetapi aku tidak pernah menyesal karena telah meninggalkan calon penerus sepertimu. Jadilah orang yang adil, shaleh dan penyayang. Subhanallah semoga semangatnya bisa kita warisi.*/Penulis seorang pendidik,  tinggal di Batam
“Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluk dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad)
Pelajaran 

SALAH satu kelemahan generasi Islam saat ini adalah lupa atau bahkan tidak tahu sejarah keemasan Islam, peradabannya yang maju dan gemilang. Dalam dunia pendidikan, sisi ini tidak banyak tersentuh dan kurang mendapat perhatian. padahal kalau dikaji lebih dalam banyak sekali nilai-nilai tarbiyah dan jihadiyah yang dapat kita ambil dan kita ajarkan kepada anak didik.

Kota Konstantinopel yang dibangun pada tahun  330 M oleh Kaisar Byzantium (Konstantien 1) menjadi Ibu Kota Romawi Timur dan merupakan kota paling kuat di dunia pada masanya.

Sekitar 800 tahun lamanya, mimpi indah ini tersimpan rapi dalam lembaran-lembaran kitab hadits. Bukan tidak ada yang berminat menjadi pahlawannya. subhanalloh Sudah banyak. bahkan, sekitar 11 kali percobaan telah dilakukan oleh tokoh-tokoh besar. Termasuk yang paling bersemangat adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Kuburannya yang ditemukan di dekat benteng Konstantinopel menjadi bukti kuat keinginan untuk menjadi pembuat sejarah besar dan pewujud mimpi indah itu.

Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah. Sementara Muhammad Al Fatih merupakan generasi ke tujuh dari kekhalifan Utsmani di Turki. Dia mendapat gelar Al Fatih karena keberhasilannya membuka atau menaklukkan konstantinopel yang merupakan pusat ibu kota Kristen timur saat itu kemudian dirubah menjadi Islambol (Islam keseluruhannya) dan sekarang dikenal dengan nama Istanbul. Dibalik kebesaran namanya dan keberhasilannya dalam menaklukkan konstantinopel ada nilai-nilai tarbiyah yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi pendidikan kita saat ini

Kurikulum Pendidikan

Dalam usia yang masih relatif muda, Muhammad Al-Fatih sudah menghafal Al-Quran 30 Juz, menguasai Ilmu Hadits, memahami Ilmu fikih, matematika, ilmu falak, strategi perang, menguasai enam bahasa. beliau adalah sosok yang pemberani namun tetap tawadhu’. hal ini membuktikan bahwa dalam design dan konsep kurikulum haruslah dibangun diatas landasan Al-Quran. Belajar dan menhafalnya merupakan pelajaran yang terbaik dari semua pelajaran sebagaimana hadits Rasul:
“Sebaik-baik kamu adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya”
Jadi pendidikan kita harus unggul dalam aspek al-Quran. Sangat sulit dibayangkan jika generasi Islam saat ini tidak bisa membaca al-Quran dan memahaminya. Al-Quran telah menjadi energi paling kuat pada diri Muhammad Al Fatih. Begitu juga banyak ulama besar yang pernah lahir dan tercatat dalam sejarah yang telah menghafal al-Quran terlebih dahulu sebelum mempelajari yang ilmu yang lain. Dan selalu menjadi fakta bahwa penghafal al-Quran memiliki kecerdasan yang tinggi, sehingga ilmu ilmu yang lain akan mengalir dengan mudah sebagaimana Muhammad Al Fatih yang di dalam dirinya terpadu aspek pengetahuan agama dan ilmu penunjang yang lain seperti bahasa, ilmu perang dan lain-lain.

Peran Guru

Pada awalmya Muhammad Al Fatih sulit untuk diandalkan oleh ayahnya yang saat itu sebagai khalifah ke 6. Kebiasaan hidup mewah diistana sehingga menjadi anak yang manja, dia selalu berlindung dibalik kebesaran sang ayah sehingga menyulitkan para ulama yang didatangkan ke istana untuk mendidiknya. Hingga akhirnya kelembutan dan ketegasan dua ulama besar berhasil menundukkan Muhammad kecil yaitu Syeikh Aaq Samsuddin dan Muhammad Ismail Al-Qurani. Ditangan sang guru Al-Fatih belajar banyak hal, berhasil menghafal al quran dan menguasai ilmu lainnya. Diusianya yang 14 Tahun Muhamad Al Fatih menjadi pemuda yang cerdas dan taat beragama.

Muhammad Al Fatih berkata tentang gurunya:
“Penghormatanku kepada Syeikh mulia ini tanpa aku sadari. Aku bisa menjadi emosional dihadapannya. Aku bergetar dihadapannya. Adapun para syeikh yang lain, ketika mereka datang menghadapku. Justru mereka yang bergetar dihadapanku.”

Itulah sang penakluk spritual Konstantinopel, begitu berwibawa dan bersahaja dimata sang murid sekaligus pemimpin, nashabnya bersambung dengan khalifah Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu anhu.

Syeikh Aaq Syamsuddin selalu mendidik Muhammad Al Fatih dengan keimanan, keislaman dan keihsanan. dan selalu memotivasi Al Fatih dengan hadits: “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah penakluk dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad)

Hal yang menarik adalah pada saat Muhammad Al-Fatih meminta agar sang guru bisa ikut perang bersama-sama dengannya, karena beberapa kali percobaan perang melawan pasukan konstatinopel belum menuai hasil. Sampai pada akhirnya utusan datng dua kali ke kemah sang guru lalu berpesan bahwa “Allah akan memberi kemenangan.” Sebuah motivasi yang sangat luar biasa. Tidak berhenti disitu, karena Al Fatih tidak puas dengan jawabn sang guru akhirnya dia sendiri pergi menjumpai gurunya dan membuka tenda denga pisau, dia mendapatkan gurunya sedang sujud cukup lama kemudia bangun dan berkata kepada Muhammad Al Fatih “aku selalu mendoakanmu semoga Allah berikan kemenangan”.

Begitulah seharusnya seorang guru terus mendoakan kebaikan bagi murid-muridnya. Mengajar dengan penuh keikhlasan dengan jiwa yang bersih, berwibawa dan terus memberikan motivasi.

Pendidikan Akhlak dan Spritual

Kita mungkin bertanya apa hubungannya spritual dengan kemajuan peradaban. Itulah keunikan dan karakter peradaban Islam asasnya adalah tauhid. Dalam sejarah diceritakan bahwa Muhammad Alfatih adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, puasa sunnah, tidak pernah masbuk sholat berjama’ah, membaca al-Quran, sholat lail malam sebelum berangkat perang esok hari. Ini merupakan pelajaran penting bagi dunia pendidikan kita saat ini yaitu dengan orientasi duniawi semata membuat lupa mendidik dan membina spritual anak. Sudah saatnya pendidikan kita berorientasi kepada mendekatkan diri kepada Allah, bukan berarti tidak perlu belajar yang lain, namun porsi spritual harus menempati posisi yang utama.

Kemudian yang menjadi rahasia perbedaan sosok Muhammad Al Fatih dengan tokoh yang lainnya yang pernah dilahirkan sejarah adalah komposisi kepribadiannya yang mengumpulkan banyak sekali karakter dan dan sifat yang jarang sekali terkumpul dari satu pribadi. Menghargai ilmu, menghormati Guru, tidak sombong dan adil. Murid harus butuh terhadap guru bukan sebaliknya.

Bahkan pada pada suatu ketika setelah selesai menaklukkan konstantinopel Muhammad Al Fatih menemui gurunya Aaq Syamsuddi untuk ikut berkhalwat di kemah (tempat yang sederhana) dengan tujuan agar terhindar dari kehidupan dunia, jabatan dan harta yang melenakan membuat lupa kepada Allah. Namun sang guru menolak dan meminta agar Al Fatih tetap memimpin rakyatnya. Sang guru menasehati bahwa jika engkau ikut bersamaku lalu mendapatkan sprtual yang hanya untuk dirimu sendiri. Namun jika engkau memimpin dengan adil dan amanah maka kamu kebaikanmu bukan hanya untuk dirimu tapi bermanfaat untuk orang banyak.

Subhanallah, pendidikan yang betul-betul dipadu dan diramu dengan bumbu keimanan, spritual yang tinggi, kekayaan akhlak dan adab sehingga lahir manusia unggul dan dikenang dalam sejarah Islam Muhammad Al Fatih dan Gurunya Syeikh Aaq Syasuddin Rahimahumallah Ta’ala.

AHLI IBADAH
Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.
Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul (Islam keseluruhannya) . Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Kejayaan dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih diperoleh berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai jenderal beliau memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat imperium Byzantium , Konstantinopel. Kota ini diubahnya menjadi kota Istambul. Dari sini beliau menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.

Apa rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud. Bukankah Rasulullah saw  SAW menegakkan shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah beliau Rasulullah saw  SAW shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa beliau tinggalkan dalam setiap perjuanganya.

Jika anda bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan besar yang megubah sejarah peradaban dunia? Ya, dalam sejarah, hal ini tidak aneh. Bukankah sahabat Rasulullah saw  SAW bernama Usamah juga menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah saw  SAW yang waktu itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah saw  SAW ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi?

Namun Sang Pedang Malam, orang asia bernama Muhammad Al Fatih merontokkan super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat malam (tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar di alam semesta ini, Allah SWT. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah SWT, Pemilik dan Penguasa Tunggal Alam semesta.

Sejak kecil  Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan, dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah.

Bagaimana sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng Konstantinopel yang kokoh itu. “sifatnya tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.”

Sultan Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan qiyamullail.

Qiyamul lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang selalu diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap malam. Dengan pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih. Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng Konstantinopel, setelah dikepung beberapa bulan maka takluklah Konstantinopel.

Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.

“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.

Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajin lima waktu, silakan duduk!!” Subhanalloh……!!! Maha suci Allah ! tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!!! !

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelu shubuh dan shalat rowatib lainaya. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur, pasukan islam Al Fatih.

Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!”

Apa yang terjadi…???? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!!” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun.

Dalam sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Sejak abad kedelapan sahabat Rasulullah saw  berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya.

Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan kepada Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari. Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.

Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Dalam hadist lain diriwayatkan, :”Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub al-Anshari)

Derajat Hadit tentang Kontantinopel
Dari Abdullah bin Bisyr Al Ghonawi, ia berkata: Bapakku telah menceritakan kepadaku: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيشُ

“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu“.

Derajat hadits
Hadits ini lemah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/235, Bukhori dalam Tarikh Shoghir hal. 139, Thobroni dalam Al Kabir 1/119/2, Hakim 4/4/422, Ibnu Asakir 16/223 dan lainnya.

Sisi cacatnya, Abdullah bin Bisyr Al Ghonawi dia seorang perawi yang majhul dan hanya ditsiqahkan oleh Ibnu Hibban, padahal beliau masyhur dengan tasahul-nya (sikap menggampangkan). Meskipun demikian Imam Al Hakim berkata: “sanadnya shohih dan disepakati oleh Adz Dzahabi” (lihat Silsilah Adh Dha’ifah, 878).

Pembukaan kota Konstantinopel adalah sebuah fakta yang diceritakan dalam banyak hadits yang shahih. Hanya saja hadits di atas meskipun sangat masyhur adalah sebuah hadits yang lemah, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani.

Dan di antara hadits shahih yang berhubungan dengan jihad Konstantinopel adalah hadits dari Abu Qobil, ia berkata:

كنا عند عبدِ اللهِ بنِ عمرو بنِ العاصِ ، و سُئِلَ أيُّ المدينتيْنِ تُفتحُ أولًاالقسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فدعا عبدُ اللهِ بصندوقٍ له حِلَقٌ ، قال : فأخرج منه كتابًا قال : فقال عبدُ اللهِ : بينما نحنُ حولَ رسولِ اللهِ نكتبُ ، إذ سُئِلَ رسولُ اللهِ : أىُّ المدينتيْنِ تُفتحُ أولًا القسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فقال رسولُ اللهِ : مدينةُ هرقلَ تُفتحُ أولًا : يعني قسطنطينيةَ

“Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Ash dan beliau ditanya tentang mana kota yang dibuka terlebih dahulu, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau meminta untuk diambilkan sebuah kotak, lalu beliau mengeluarkan sebuah kitab lalu berkata: ‘Berkata Abdullah bin Mas’ud: Tatkala kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menulis, tiba-tiba beliau ditanya: Manakah kota yang terlebih dahulu dibuka, apakah Konstantinopel ataukah Romawi?’. Maka beliau menjawab: ‘Yang dibuka terlebih dahulu adalah kota Heraklius’. YaituKonstantinopel“.
Referensi : daarulmuwahhid.org, hidayatullah.com, sekuolahumroh.com,muslim.or.id

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar