jfl4pTej7k4QfCLcbKfF9s3px8pyp1IT1rbd9c4h
SOP Sayuran Organik Bayam Jepang / Horenso

Iklan Billboard 970x250

SOP Sayuran Organik Bayam Jepang / Horenso

Pengalaman di Kelompok Tani Tranggulasi, Dusun Selongisor, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yang berada lereng Gunung Merbabu

Pemilihan Lokasi

Definisi Dan Tujuan
Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh jenis sayuran organik yang akan ditanam. Tujuannya untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dengan persyaratan usahatani sayuran organik.
Referensi
Pengalaman petani di Kelompok Tani Mardi Santoso, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Informasi Pokok
  1. Lahan harus bebas dari cemaran limbah beracun dan berbahaya
  2. Penggunaan lahan usaha tidak bertentangan dengan peraturan daerah serta bukan alih fungsi hutan
  3. Lahan untuk budidaya tanaman sayuran organik adalah lahan datar sampai dengan kemiringan 30% (15 derajat) yang diikuti dengan tindakan konservasi
  4. Terdapat riwayat penggunaan lahan yang akan digunakan

Pemetaan Lahan

Definisi dan tujuan
Pemetaan adalah pembuatan peta lokasi yang menunjukan dimana lahan budidaya sayuran organik akan dilakukan. Pembuatan peta ini juga dimaksudkan sebagai dasar perencanaan rotasi/pola tanam, pembibitan, dan penanaman.
Informasi Pokok
Peta lahan menggambarkan batas-batas antara lahan-lahan konvensional dan lahan organik, jenis tanaman yang ditanam. Dalam satu wilayah pertanian organik seluruh lahan yang akan disertifikasi maka harus organik, apabila terdapat lahan konvensional maka harus dibuat pembatas tanaman (barrier tanaman) yang jelas. Peta ini berfungsi untuk memudahkan penilaian dalam proses sertifikasi pertanian organik
Alat dan Fungsi
  1. Kertas untuk media menggambar peta.
  2. Alat tulis untuk membuat peta
Prosedur pelaksanaan
Buat gambar peta pada kertas yang menggambarkan batas-batas antara lahan konvensional dan lahan organik serta jenis tanaman yang akan ditanam.

Konversi Lahan

Definisi dan Tujuan
Konversi lahan adalah proses perubahan suatu sistem pertanian konvensional menjadi pertanian organik. Tujuannya adalah agar lahan yang dikonversi dapat digunakan untuk budidaya sayuran organik.
Informasi pokok
  1. Jangka waktu konversi tergantung kondisi lahan. Umumnya lahan bekas pertanian konvensional harus mengalami periode konversi paling sedikit 2 (dua) tahun sebelum penebaran benih, atau untuk tanaman tahunan minimal 3 (tiga) tahun sebelum panen pertama produk organik. Kecuali ditentukan oleh lembaga sertifikasi organik.
  2. Dalam hal seluruh lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara bertahap.
  3. Hasil panen yang dihasilkan selama masa konversi belum dapat digolongkan sebagai produk organik.
  4. Selama masa konversi dan setelah masa konversi, sepanjang areal digunakan untuk produksi sayuran organik, maka status lahan tidak boleh diubah antara metode produksi organik menjadi konvensional dan sebaliknya secara bolak- balik.
  5. Dilakukan pemisahan secara jelas dan dapat diidentifikasi antara lahan dalam masa konversi dengan lahan organik.
Alat dan fungsi
Buku Catatan riwayat penggunaan lahan anggota untuk mencatat masa konversi lahan.
Prosedur pelaksanaan
  1. Dilakukan pencatatan kapan dimulainya masa konversi lahan.
  2. Selama masa konversi diterapkan budidaya sayuran organik, dengan menghindari penggunaan pupuk dan pestisida kimia/anorganik.
  3. Selama masa konversi air yang digunakan harus bebas dari cemaran limbah kimia maupun residu pestisida
  4. Lahan dalam masa konversi diberi tanda pemisah/pembatas dari lahan konvensional.

Pembuatan Pupuk Organik

Definisi dan Tujuan
Pembuatan pupuk organik merupakan kegiatan dekomposisi pupuk kandang dan bahan alami lainnya dengan tujuan menghasilkan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah di lahan pertanaman sayuran organik.
Informasi Pokok
  1. Pupuk organik diupayakan berasal dari pertanian organik, apabila tidak diperoleh, masih dimungkinkan berasal dari pertanian non organik.
  2. Pupuk kandang dan bahan alami lainnya bukan berasal dari factory farming/peternakan yang menggunakan hormon dan antibiotik sintetis.
  3. Pupuk organik yang dihasilkan disimpan di tempat yang bersih, aman, kering, terlindung, serta terpisah dari benih, hasil tanaman, dan bahan-bahan pengendali OPT.
Alat, Bahan dan Fungsi
  • Cangkul untuk mencampur dan membalik lapisan pupuk kandang.
  • Garpu untuk membalik lapisan pupuk
  • Embrat/ gembor untuk menyiram
  • Pupuk kandang 1 ton, bekatul 10 kg, air dan starter/mikroorganisme lokal (MOL) 1 liter, urine sapi , sebagai bahan pembuatan pupuk organik .
Prosedur Pelaksanaan
1. Pembuatan pupuk padat
  1. Hamparkan pupuk kandang setebal 15-20 cm,
  2. Taburkan bekatul tipis-tipis (rata)
  3. Siram dengan larutan MOL secara merata
  4. Selanjutnya langkah a,b dan c diulang disusun sampai bahan habis .
  5. Setiap seminggu dilakukan pembalikan selama 3 kali ( 3 minggu)
  6. Pupuk sudah siap diaplikasikan pada lahan.
2. Pembuatan pupuk cair( Ferinsa)
  1. Campurkan 1 liter MOL dengan 3 liter urine sapi ke dalam jerigen,simpan dan diamkan selama minimal 3 hari
  2. Aplikasi di lapangan , 125 ml pupuk cair per 15 liter air.

Penyiapan Lahan

Definisi dan Tujuan
Kegiatan pengolahan tanah agar struktur tanah menjadi baik sehingga tanah menjadi gembur, aerasi dan drainase lebih baik, serta membentuk bedengan sebagai tempat tumbuhnya tanaman sayuran organik, kondisi lahan dapat ditanami sesuai persyaratan tumbuh tanaman.
Informasi pokok
  1. Lahan/media tanam untuk budidaya tanaman sayuran harus memiliki kesuburan yang cukup baik.
  2. Kesuburan tanah/media tanam yang rendah tidak boleh diatasi dengan penggunaan pupuk kimia sintetis.
  3. Peningkatan kesuburan tanah dilakukan melalui diversifikasi tanaman, rotasi dengan tanaman kacang-kacangan, pemberian pupuk hijau, pupuk kandang dan cara lain yang diperbolehkan.
  4. Persiapan lahan dilakukan tanpa praktek pembakaran vegetasi.
  5. Penyiapan lahan dilakukan tanpa menimbulkan erosi permukaan tanah, kelongsoran tanah dan atau kerusakan sumber daya lahan.
Alat dan Fungsi
  1. Cangkul untuk menggemburkan, menghaluskan tanah, membuat bedengan, dan membuat saluran air.
  2. Papan untuk meratakan permukaan bedengan.
  3. Mulsa untuk menutup bedengan.
  4. Kaleng untuk melubangi bedengan mulsa.
  5. Pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisik tanah, serta menambah bahan organik dan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
Prosedur pelaksanaan
  1. Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman yang ada, sisa-sisa perakaran, tunggul, batu-batu dan sampah.
  2. Tanah digemburkan dengan cangkul sampai kedalaman 30- 50 cm.
  3. Lahan dibiarkan/dikering-anginkan selama 7 – 10 hari.
  4. Lahan dibentuk sedemikian rupa agar menjadi datar.
  5. Dibuat bedengan mulsa dengan lebar 90 cm dan tinggi 20 cm.
  6. Dibuat lubang tanam dengan jarak 20 x 25 cm
  7. Beri pupuk organik sesuai kebutuhan dan tutup dengan tanah.

Penyiapan Benih

Definisi dan Tujuan
Menyediakan benih horinso bermutu dari varietas yang unggul dan sehat, dengan tujuan mampu berproduksi sesuai dengan keunggulan varietas, sehat, dan mempunyai daya adaptasi yang baik.
Informasi pokok
Dalam penyiapan benih, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan benih
  1. Benih yang digunakan berasal dari budidaya organik, kecuali tidak terdapat benih/penangkar benih organik boleh menggunakan benih komersial asal bukan benih GMO (Genetic Modified Organism).
  2. Benih yang berasal dari pasar harus ada usaha untuk meminimalkan residu bahan kimia sintetis, antara lain dengan cara pencucian/perendaman dengan air cucian beras ( leri).
  3. Benih yang dipilih merupakan benih yang jelas varietasnya (tepat jenis) dengan potensi yang sesuai dengan karakteristik varietas tersebut.
  4. Varietas yang ditanam disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, bervariasi untuk menjaga keanekaragaman dan keberlanjutan pertanian organik.
  5. Benih tidak boleh diberi perlakuan menggunakan bahan kimia sintetis.
2. Mutu benih
  1. Tingkat kemurnian ≥ 95%.
  2. Daya kecambah ≥ 90% dan vigoritas kecambah tinggi.
  3. Bebas dari biji gulma dan cacat.
  4. Benih sehat dan bebas dari OPT.
Prosedur pelaksanaan
  1. Gunakan benih horinso yang bermutu baik, jelas varietasnya (tepat jenis), dengan potensi sesuai dengan karakteristik varietas tersebut.
  2. Pilih benih yang memiliki daya adaptasi yang tinggi pada agroklimat setempat sertajelas sumber benihnya.
  3. Gunakan benih yang belum kedaluwarsa.

Pembenihan

Definisi dan Tujuan.
Menebarkan benih horinso di tempat/bedengan persemaian untuk menumbuhkan tanaman dari biji hingga siap dipindah tanam ke lahan.
Alat dan Fungsi
Benih F1
  1. Kotak untuk tempat media persemaian
  2. Tanah dan Pupuk kandang untuk media persemaian
  3. PGPR
  4. Gembor/embrat untuk menyiram
  5. Air kelapa
Prosedur pelaksanaan.
  1. Gunakan benih horinso yang unggul, bersertifikat, yang bermutu baik, dengan potensi sesuai dengan karakteristik benih tersebut, memiliki daya adaptasi yang tinggi pada agroklimat setempat serta jelas sumber benihnya.
  2. Benih direndam dengan air kelapa secukupnya selama 30 menit.
  3. Buat media persemaian dengan komposisi: tanah, pupuk kandang yang sudah difermentasi dengan perbandingan 1: 3.
    1. Buat alur atau larikan untuk menabur benih horinso dengan jarak 3 cm antar larikan.
    2. Tutup dengan tanah.
    3. Siram dengan larutan PGPR (Plant Growth Promoting Rizobacterium) 50cc/10ltr air menggunakan embrat sampai kondisi tanah menjadi lembab.
    4.  Atur suhu media semai untuk mempercepat proses perkecambahan.
    5. Lakukan kontrol dan pengamatan pada media semai 3 hari sekali.
    6. Setelah benih horinso mulai tumbuh, penutup media semai dibuka.
    7. Selama 10 hari lakukan pemeliharaan dengan menyiram air.
  1. Setelah benih horinso berumur sekitar 10 hari dilakukan seleksi (tinggi seragam dan sehat) dan siap dipindah tanam ke lahan.
  2. Dilakukan pencatatan sesuai dengan kegiatan.
Penanaman
Definisi dan Tujuan
Menanam benih horinso ke areal pertanaman untuk menumbuhkembangkan tanaman sampai siap dipanen.
Informasi pokok
  1. Untuk menghindari kelayuan setelah penanaman dan memudahkan penanaman, tanah disiram sehingga kondisi tanah lembab.
  2. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00 pagi atau sore hari setelah jam 15.30 untuk menghindari stres karena terik matahari.
  3. Untuk membuat lubang tanam, gunakan tugal.
  4. Lakukan pencatatan tanggal penanaman pada buku kerja, guna memudahkan jadwal pemeliharaan, penyulaman, pemanenan dan rotasi tanam.
Prosedur pelaksanaan
  1. Sehari sebelum penanaman buat lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan jarak tanam 20×25 cm.
  2. Pilih benih yang tumbuh sehat dan kuat
  3. Tugal lubang tanam yang sudah disiapkan
  4. Pada musim kemarau, Siram lubang tanam dan benih dengan PGPR
  5. Benih dipindahkan ke lubang tanam yang sudah disiapkan.
  6. Padatkan tanah disekitar perakaran.
  7. Tingkat kelembaban tanah diusahakan tetap optimal.

Pemupukan

Definisi dan Tujuan
Memberikan unsur hara tambahan atau susulan pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dan untuk manjamin pertumbuhan tanaman secara optimal sehingga menghasilkan tanaman dengan mutu yang baik.
Informasi pokok
  1. Peningkatan kesuburan tanaman dilarang menggunakan pupuk maupun Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) kimia sintetis
  2. Pemupukan dengan menggunakan bahan-bahan organik
  3. Limbah kotoran manusia tidak boleh digunakan sebagai pupuk pada tanaman sayuran
Prosedur pelaksanaan
  1. Seminggu sekali disiram dengan Ferinsa + (Ferinsa adalah fermentasi urine sapi + pestisida nabati) dengan dosis 1 ltr/20-30 ltr air.
  2. Pemupukan dilakukan dengan dosis 2 cc/1 liter air.

Penyiraman

Definisi dan Tujuan
Memberikan air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah perakaran dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat untuk menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal.
Informasi pokok
  1.  Air yang digunakan untuk menyiram adalah air bersih yang tidak tercemar limbah kimia sintetik.
  2. Untuk menyalurkan air, gunakan alat bantu berupa selang, pompa air, atau gembor.
  3. Penyiraman dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali, pada pagi atau sore hari, tergantung musim.
Prosedur pelaksanaan
a. Air disiramkan ke masing-masing tanaman.
b. dilakukan penkocoran dengan larutan ferinsa dengan dosis 1 ltr/20-30 ltr air
c. Penyiraman dilakukan setiap hari pada musim kemarau dan pengkocoran dilakukan tiap seminggu baik pada musim kemarau dan penghujan.

Pengendalian Hama

Definisi dan Tujuan
Tindakan yang memadukan satu atau lebih teknik pengendalian Hama dan Penyakit berupa hama patogen, yang dikembangkan dalam satu kesatuan atau dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk mencegah kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk.
Alat dan bahan yang digunakan adalah:
  1. Pestisida organik dan pupuk organik.
  2. Perekat Organik ( daun binahong )
  3. Sprayer khusus yang digunakan untuk menyemprotkan bahan pengendalian ke tanaman.
  4. Bahan pengendali Hama Penyakit (pestisida, agen hayati), untuk mengendalikan Hama Penyakit.
  5. Bahan perekat untuk merekatkan pestisida pada tanaman agar tidak mudah tercuci oleh air/hujan.
  6. Bahan perata berfungsi agar pestisida dapat membasahi seluruh permukaan tanaman yang disemprot.
  7. Air untuk bahan mencampur pestisida nabati.
  8. Takaran (gelas) untuk menakar pestisida nabati dan air.
Prosedur pelaksanaan
  1. Lakukan pengamatan secara rutin pada kondisi pertanaman. Utamakan pengendalian secara mekanis dan kultur teknis (tanaman yang terserang hama/penyakit dicabut dengan tangan atau pisau, dibuang dan dibakar atau dikubur sejauh mungkin dari lokasi kebun).
  2. Lakukan prosedur pengendalian dengan cara penyemprotan pestisida nabati secara selektif apabila tanaman terserang hama atau penyakit.
  3. Hentikan penyemprotan minimal 2 minggu sebelum panen.
  4. Pencampuran pestisida nabati dengan air dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
  5. Cuci bersih peralatan setelah digunakan.
  1. Pengendalian Hama
  1. Lalat daun
Pengendalian :
  • Cara kultur teknis :
– Lakukan sanitasi lingkungan, dengan mengumpulkan sayur yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon kemudian musnahkan dengan cara: (1) Masukkan sayuran yang terserang ke dalam kantong plastik, ikat rapat sehingga lalat daun tidak bisa keluar, atau (2) Kubur ke dalam tanah sedalam + 0,5 m untuk memastikan bahwa lalat daun tidak berkembang
– Tanam tanaman perangkap di sekililing kebun, misalnya tanaman kenikir.
  • Cara fisik/mekanik
– Bungkus sayur dengan kertas/kantong plastik.
– Gunakan perangkap (kertas likatkuning dan lem).
– Semprot dengan cairan daun sirih 100cc / 14 ltr air.
2 . Pengendalian Penyakit
Busuk pangkal batang
  • Lakukan sanitasi dan kebersihan kebun.
  • Kumpulkan tanaman yang terserang kemudian di taruh tempat kompos.
  •  Gunakan aplikasi trichoderma sp dengan dosis 100gr / 14 ltr air.
  • Rebusan daun cemara dengan perbandingan 1 liter air dengan 1 kg daun cemara, aplikasi dilakukan dengan dosis 1 : 5 seminggu sekali.

Panen

Definisi dan Tujuan
Kegiatan memetik/memanen sayur yang telah siap panen sesuai persyaratan yang telah ditentukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan persyaratan yang diminta pasar.
Alat dan bahan
Keranjang/container untuk wadah horinso yang telah dipanen.
Prosedur pelaksanaan
  1. Penentuan saat panen
Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan cara mengamati penampakan fisik horinso / dan umur tanaman (40 HST).
  1. Panen dapat dilakukan dengan mencabut horinso yang memenuhi standar.
  2. Waktu dan Cara Panen
Prosedur pelaksanaannya:
  • Panen sebaiknya dilakukan pada sore hari karena cahaya matahari tidak terlalu panas.
  • Penyemprotan pestisida organik sudah dihentikan paling tidak 2 minggu sebelum panen.
  • Panen dilakukan terhadap tanaman horinso yang sudah benar-benar siap panen, yaitu berdasarkan umur tanaman 40 hst.
  • Horinso yang telah dipanen dikumpulkan di keranjang /container, diberi alas kertas dan diletakkan di tempat yang teduh.
  • Selanjutnya, horinso diangkut ke rumah kemas (packing house).

Pasca Panen dan Pengiriman

Definisi dan Tujuan
Kegiatan sortasi, pengkelasan, pengemasan dan penyimpanan sayur berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan untuk menghasilkan sayur dengan standar mutu yang baik dan seragam.
Informasi Pokok
  1. Tidak menggunakan plastik daur ulang (plastik hitam), bungkus plastik bekas dan koran bekas
  2. Pisau stainless stell untuk membuang bagian yang tidak memenuhi kualitas
  3. Timbangan, untuk menimbang sayur
  4. Plastik wrapping untuk membungkus horinso .
  5. Konteiner plastik atau dus steroform untuk menyimpan sayuran yang akan disortasi
  6. Stiker, untuk tanda pengenal pada sayur.
  7. Tempat penyimpanan produk harus terpisah dari sarana produksi.
  8. Sapu untuk membersihkan sisa-sisa sayuran.
Prosedur Pelaksanaan
  1. Sortasi
    1. Di tempat penampungan dilakukan penyortiran horinso dipilih yang mulus, ukuran merata, bentuknya normal, tidak luka, tidak terserang penyakit, tidak ada cacat fisik maupun mikrobiologis, tidak ada noda getah, tidak ada bintik-bintik kehitaman.
    2. limbah sisa panen horinso dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau untuk bahan pembuatan pupuk organik.
  2. Grading
    1. Horinso dipilih ukuran yang sama (100 – 150 gr ).
    2. Ukuran yang berbeda untuk ke pasar lokal.
  3. Penimbangan
a. Setelah digrading kemudian diwrapping kemudian dilakukan penimbangan.
b. Horinso yang telah ditimbang dimasukan dalam krat/kontainer plastik
c. Kratkontainer / dus steroform harus bersih dan bebas dari semua benda asing.
  1. Pengiriman
Selanjutnya sayuran dalam kemasan diangkut dengan mobil box berpendingin.

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar