jfl4pTej7k4QfCLcbKfF9s3px8pyp1IT1rbd9c4h
SOP Penanaman Pisang Ambon belajar Sukses dari Gunung Kidul

Iklan Billboard 970x250

SOP Penanaman Pisang Ambon belajar Sukses dari Gunung Kidul


KATA PENGANTAR
Buah pisang merupakan salah satu komoditas perdagangan nasional maupun internasional. Buah tersebut sepanjang tahun dapat memenuhi kebutuhan buah dunia. Agar pisang Indonesia dapat bersaing dengan pisang luar negeri maka penerapan teknologi baru prapanen maupun pascapanen perlu diterapkan.
Salah satu permasalahan utama dalam sistem produksi pisang adalah belum diterapkannya prinsip Good Agriculture Practices (GAP). Prinsip GAP meliputi semua sistem produksi untuk menghasilkan buah yang aman konsumsi, bermutu, serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penerapan budidaya melalui Standard Operating Procedure (SOP) Pisang, dan pisang Ambon memiliki prospek pasar yang baik. 
Buku SOP Pisang Ambon Kabupaten Gunungkidul ini memuat pedoman budidaya pisang yang baik dan benar dari aspek budidaya, penanganan panen hingga pasca panen.

PENDAHULUAN

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu sentra produksi pisang pada tahun 2009 mencapai produksi sebesar 416.668,1 ton dengan jumlah pohon menghasilkan sebanyak 1.033.972 rumpun, yang tersebar di 4 (empat) kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul, dan Bantul. Khusus di Gunungkidul, produksi pisang mencapai 18.927,85 kwintal dengan jumlah pohon menghasilkan 254.232 rumpun.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan buah-buahan aman dikonsumsi, bermutu dalam jumlah yang mencukupi serta diproduksi dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan maka diperlukan adanya perbaikan dalam sistem produksi pisang. Penerapan SOP merupakan salah satu bentuk pembinaan yang efektif kepada petani. Dengan mengacu SOP, petani dapat berproduksi secara efisien untuk menghasilkan produk ramah lingkungan sesuai permintaan pasar.

STANDAR MUTU PISANG AMBON

Standar mutu pisang Ambon yang dijadikan acuan untuk menghasilkan mutu pisang Ambon yang baik adalah SNI (Standar Nasional Indonesia) nomor 01-4229-1996. Standar Mutu Pisang Ambon adalah sebagai berikut:
Klasifikasi/Penggolongan Ukuran
Spesifikasi Satuan Persyaratan Spesifikasi
Kelas A Kelas B Kelas C
Jumlah Bobot / sisir Kg >3,0 2,5-3,0 <2,5
Panjang Jari Cm > 17,0 15-16,9 13,0-14,9
Diameter Penampah Buah Cm 2,5 >2,5 <2,5
Syarat Mutu Pisang Ambon
Karakteristik Satuan Syarat
Mutu 1 Mutu II
a. Keseragaman Kultivar - seragam seragam
b. Tingkat Kematangan Buah % 70-80 <70 dan >80
c. Keseragaman Ukuran - seragam seragam
d. Bentuk - seragam seragam
e. Kadar Kotoran % 0 0
f. Tingkat Kerusakan Fisik - 0 0
g. Tingkat Kesegaran % 0 5
h. Kemulusan Kulit % mulus mulus
i. Serangga % 0 0
j. Penyakit - 0 0

TARGET

Target merupakan acuan utama yang digunakan untuk menyusun SOP selanjutnya diterapkan pada kebun petani sesuai dengan pasar yang dibidik. Pada saat ini target yang ingin dicapai melalui penerapan SOP pisang adalah :
  • aProduktivitas 20 - 25 kg/pohon/tahun atau 20 - 25 ton/ha/tahun.
  • Jumlah kelas A dengan bobot per sisir > 3,0 kg sebanyak 25%.
  • Jumlah kelas B dengan bobot per sisir antara 2,5 - 3,0 kg sebanyak 45 %.
  • Jumlah kelas C dengan bobot per sisir < 2,5 kg sebanyak 30 %.
  • Buah bebas burik dan kusam.
  • Warna buah cerah dan nampak segar.

I. PENENTUAN LOKASI

Definisi :
Memilih lokasi tanam yang menjamin agar usaha produksi pisang dapat dioptimalkan dan mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan.
Tujuan :
Mendapatkan lahan yang bebas dari hama dan penyakit endemis, subur dan sesuai untuk memproduksi pisang Ambon.
Alat dan Bahan :
Data iklim 10 tahun terakhir dari stasiun metereologi terdekat, pH meter.
Fungsi :
Data iklim untuk mengetahui tingkat curah hujan dan suhu udara tahunan di suatu daerah.
pH meter untuk mengukur tingkat keasaman tanah.

Prosedur Pelaksanaan :

Menghubungi stasiun meteorologi terdekat untuk mendapatkan data iklim 10 tahun terakhir.
Mengukur pH tanah.
Memilih lahan yang terbuka, lapisan olah tanah tebal, dan jauh dari tanaman keras.
Sasaran :
  • Rata-rata pH dari 5 lokasi pengukuran berkisar 5,5 - 7,5.
  • Suhu harian 20°C-33°C dengan rata-rata 28°C dan beriklim tropis.
  • Curah hujan maksimum 2.594 mm/tahun.
  • Lahan bebas dari hama dan patogen endemis.

II. PENYEDIAAN BENIH

Definisi :
Menyediakan benih yang mempunyai produksi dan kualitas yang tinggi, terjamin kemurnian (varietas), sumber benih jelas dan memiliki peluang pasar di masa depan, sehat/bebas dari hama dan penyakit.
Tujuan :
Untuk mendapatkan benih pisang yang bebas hama dan penyakit.
Untuk mendapatkan varietas yang memberikan produksi tinggi dan bermutu.
Alat dan Bahan :
Tanaman induk pisang, pisau/sabit, linggis, cangkul, plancong, ember, air bersih dan detergent.
Fungsi :
  • Tanaman induk pisang untuk memperoleh benih pisang dari anakan.
  • Pisau/sabit sebagai alat bantu untuk memotong.
  • Linggis untuk mencongkel anakan dari induk.
  • Cangkul untuk membongkar anakan dari tanaman induk.
  • Plancong, untuk membongkar anakan dari tanaman induk.
  • Ember untuk tempat air yang digunakan untuk mencuci/membersihkan bonggol.
  • Detergent sebagai desinfektan alat.

Prosedur Pelaksanaan :

a. Perbanyakan Benih Pisang dari Anakan
  • Tanaman pisang yang diperbanyak dengan anakan, anakan diperoleh dari tunas (sucker) yang tumbuh pada bonggolnya yaitu berupa benih anakan berupa tunas yang daunnya telah keluar tetapi masih menggulung sehingga berbentuk seperti pedang, tinggi antara 100 - 150 cm.
  • Benih sehat antara lain :
  • Benih pisang dipilih dari kawasan dan rumpun yang baik dan sehat.
  • Anakan pisang dibongkar dengan menggunakan cangkul, plancong/linggis.
  • Benih dikumpulkan ditempat teduh, akar dipotong dan bonggol dibersihkan dari tanah, daun dipangkas dan disisakan daun yang masih menggulung.
  • Benih diseleksi menurut besar dan tinggi untuk mendapatkan benih yang seragam.
  • Benih berupa anakan dapat ditanam langsung dilapang setelah dilakukan perendaman desinfektan (fungisida).
  • Jika benih didatangkan dari daerah lain , maka proses pengangkutan benih dalam kondisi tegak (tidak boleh ditumpuk) dan bonggol dibungkus dengan kantong plastik.
b. Perbanyakan Benih Pisang berasal dari Bonggol
Selain dari anakan pisang, benih juga bisa diperoleh dari bonggol pisang.
Cara perbanyakan benih pisang yang berasal dari bonggol, adalah :
  • Pilihlah bonggol dari tanaman yang sudah berbuah, sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
  • Bersihkan bonggol dan buang akarnya dengan tidak merusak mata tunas.
  • Belahlah bonggol menurut ukuran mata tunas dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm.
  • Bonggol yang sehat bila dibelah berwarna putih.
  • Untuk mengendalikan nematoda (cacing renik), desinfektankan benih dengan desinfectan selama 20 menit atau rendam dalam air hangat dengan suhu 55°C selama 10 - 15 menit.
  • Untuk mengurangi serangan penyakit pada bonggol, celupkan benih kedalam larutan fungisida sistemik dengan dosis 2 - 5 %.
  • Siapkan media tumbuh yang merupakan campuran tanah dengan pupuk kandang (1 : 1) di dalam polybag berukuran 15 x 15 cm atau bedengan.
  • Sebelum digunakan media sebaiknya disucihamakan/ disterilkan dulu dengan cara mengukus selama 2 jam sejak air mendidih.
  • Persemaian sebaiknya terletak ditempat yang ternaungi. Benih yang siap tanam setelah berumur 3-4 bulan.
Gambar 1. Benih dari anakan (kiri); benih dari bonggol (kanan) (gambar benih diganti yang setinggi 1-1,5 m)

III. PEMBERSIHAN (PENYIAPAN LAHAN)

Definisi :
Membersihkan lahan dari benda-benda, tanaman lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pisang Ambon.
Tujuan :
Menyiapkan lahan agar siap untuk ditanami.
Alat dan Bahan :
Parang/sabit
Cangkul/koret/linggis
Fungsi :
  • Parang/sabit digunakan untuk memotong dan membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan ranting pohon besar yang diperkirakan dapat menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan sinar matahari.
  • Cangkul/koret digunakan untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa semak yang tertinggal, juga untuk mengolah tanah.
  • Linggis untuk mendongkel batu.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Bersihkan batu-batu, sisa tanaman yang terdapat dalam kebun yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman pisang.
  • Bersihkan alat yang sudah digunakan dengan sabun.
Sasaran :
Tersedianya lahan yang siap untuk ditanami.
PENGAJIRAN
Definisi :
Membuat jarak tanam sehingga diperoleh populasi tanam sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Tujuan :
Memperoleh jarak tanam yang menjamin tanaman dapat tumbuh optimum.
Alat dan Bahan :
Tali; Bambu; Golok/pisau; Meteran; Palu.
Fungsi :
  • Tali untuk menjadi pembatas agar jarak tanam lurus.
  • Bambu/ajir untuk menjadi alat ukur dan melubangi tanah.
  • Golok/pisau untuk membantu membuat ajir.
  • Meteran sebagai alat ukur.
  • Palu untuk menancapkan ajir.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Tentukan barisan tanam searah matahari terbit (Timur-Barat) untuk tanah datar.
  • Buat ajir dengan menggunakan bambu dengan panjang ajir 1 meter.
  • Tancapkan ajir pada titik calon lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm.
Sasaran :
Jarak lubang tanam 3x3 meter.

IV. PEMBUATAN LUBANG TANAM

Definisi :
Suatu upaya menyiapkan lingkungan tumbuh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Tujuan :
Untuk menyediakan tempat/lubang tanam untuk berkembangnya perakaran tanaman.
Alat dan Bahan :
Cangkul/linggis/plancong; Meteran.
Fungsi :
a. Cangkul/linggis/plancong untuk menggali dan membuat lubang tanam.
b. Meteran sebagai alat ukur.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Buat lubang tanam dengan ukuran panjang x lebar x dalam =50 x 50 x 50 cm, atau 60 x 60 x 60 cm.
  • Pisahkan tanah lapisan atas (sebelah kiri) dan tanah lapisan bawah (sebelah kanan).
  • Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 2 minggu.
  • Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan disimpan.
Gambar 2. Pelubangan Tampak dari Atas
Sasaran :
Lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm.

V. PENUTUPAN LUBANG TANAM

Definisi :
Menutup lubang tanam sehingga tanaman dapattumbuh normal.
Tujuan :
Untuk mengembalikan kelembaban tanah ke kondisi semula.
Alat dan Bahan :
Cangkul/plancong; pupuk kandang/kompos; agensia hayati (Trichoderma sp. atau Gliocladium sp.); NPK.
Fungsi :
  • Cangkul untuk mengembalikan tanah ke lubang tanam.
  • Pupuk kandang/kompos untuk pemupukan awal.
  • Agens hayati (Trichoderma sp. atau Gliocladium sp.) untuk mengendalikan penyakit layu fusarium.
  • NPK untuk menambah unsur hara siap tersedia yang diserap tanaman.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Penutupan lubang tanam dilakukan setelah sekitar 2 minggu lubang tanam dibiarkan terbuka.
  • Pada saat penutupan lubang tanam berikan 5 -10 kg pupuk kandang/kompos dan 100 g agens hayati (Trichoderma sp. atau Gliocladium sp.) serta NPK (15:15:15) sebanyak 125 gram yang dicampur dengan tanah bagian atas maupun bagian bawah.
  • Tanah bagian atas dimasukkan terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanah bagian bawah.
  • Lubang tanam yang telah ditutup dibiarkan selama 2-3 bulan atau menunggu musim hujan.
  • Semua peralatan setelah dipakai dicuci dan disimpan.
Lapisan atas + 5-10 kg pupuk
kandang + 100 gr agens hayati
(dimasukkan terlebih dahulu)
Lapisan bawah dengan campuran
yang sama
(dimasukkan setelah lapiran atas)
Gambar 3. Penutupan Lubang Tampak Dari Atas
Sasaran :
Kelembaban tanah di sekitar lubang tanam kembali seperti semula.

VII. PENANAMAN

Definisi :
Meletakkan benih pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam.
Tujuan :
Untuk menanam benih supaya berdiri tegak.
Alat dan Bahan :
Cangkul/sabit;Benih.
Fungsi :
  • Cangkul/sabit untuk membuat lubang tanam dan mengembalikan tanah ke lubang tanam.
  • Benih sebagai bahan dasar tanaman untuk menghasilkan buah.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam (yang sudah ditutup/ditimbun) dilubangi kembali seukuran dengan bonggol benih.
  • Benih ditanam sampai sebatas 5 - 10 cm di atas pangkal batang (bonggol tertutup semua).
  • Lubang ditutup kembali dengan tanah galian.
  • Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar terhindar dari kekeringan kecuali tersedia sistem irigasi.
  • Jika sarana irigasi tersedia penanaman dapat dilakukan kapan saja disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
  • Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan disimpan.
Sasaran :
Benih dapat tumbuh dengan optimal.

VIII. PEMUPUKAN DAN PEMBUMBUNAN

Definisi :
Memberikan kebutuhan tambahan unsur hara tanaman dan mempertahankan kesuburan tanah.
Tujuan :
Mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum, produksi tinggi dan kualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan serta memperkuat pertumbuhan tanaman pisang.
Alat dan Bahan :
Pupuk (NPK dan pupuk kandang);Cangkul; Tomblok; Timbangan.
Fungsi :
  • Pupuk untuk menambahkan hara bagi tanaman.
  • Cangkul sebagai alat untuk membumbun tanaman.
  • Tomblok untuk wadah mengangkut pupuk.
  • Timbangan untuk menentukan kebutuhan dosis pupuk.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Semua peralatan dicuci dengan bersih sebelum digunakan.
  • Pemupukan susulan I pada umur 3 bulan setelah tanam dengan pupuk kandang dosis 5- 10 kg dan NPK 125 gram per lubang tanam dan lakukan pembumbunan (Jw.mengimpu)
  • Pemupukan susulan II dilakukan 4 - 6 bulan setelah pemupukan susulan I atau pada akhir musim hujan dengan pupuk kandang dosis 5-10 kg per lubang tanam dan lakukan pembumbunan (Jw.mengimpu)
  • Pupuk diberikan pada lingkaran pohon dengan jarak 50 cm -
  • 100 cm dari pangkal pohon yang dilanjutkandengan pembumbunan (Jw.mengimpu) dengan tanah.
Sasaran :
Tanaman memperoleh pasokan kebutuhan unsur hara sesuai dengan yang dibutuhkan.

IX. PENGAIRAN

Definisi :
Memberikan dan mengatur ketersediaan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Tujuan :
Membantu mencukupi atau menyediakan air untuk keperluan pertumbuhan tanaman pisang.
Alat dan Bahan :
Air; Ember dan gayung
Fungsi :
Air dan ember/gembor untuk menyirami tanaman.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Air yang digunakan untuk penyiraman harus berkualitas baik, tidak tercemar zat berbahaya dan limbah pabrik serta benih penyakit.
  • Kebutuhan air untuk fase vegetatif sebanyak 50-90 liter per minggu per batang, sedangkan untuk tanaman yang sedang berbuah membutuhkan 200 liter per tanaman per minggu.
  • Setelah penyiraman dilakukan pemberian penutup tanah atau mulching dengan daun kering/klaras.
  • Pemberian air diperlukan ketika 10 - 15 hari tidak turun hujan.
  • Air perlu diberikan setelah pemupukan jika kondisi tanah terlalu kering.
Sasaran :
Tersedianya air untuk keperluan optimum pertumbuhan sehingga tanaman tidak stres.

X. PENJARANGAN ANAKAN

Definisi :
Mematikan/mengurangi sebagian anakan sehingga anakan tidak terlalu banyak dalam setiap rumpun.
Tujuan :
Mengatur jumlah pohon/anakan pisang dalam setiap rumpun.
Alat dan Bahan :
Alat pengorek/pencongkel/sabit/linggis; Sabun.
 Fungsi :
  • Alat pengorek/pencongkel/linggis untuk menghilangkan titik tumbuh.
  • Sabun untuk desinfektan alat.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Semua peralatan yang akan digunakan dicuci dengan sabun/detergent sampai bersih.
  • Memilih posisi anakan yang akan dipelihara.
  • Semua anakan diluar posisi yang telah ditetapkan sebaiknya dimatikan/dikurangi.
  • Penjarangan lanjutan dilakukan setiap 3 bulan dengan menyisakan satu anakan dari setiap generasi dengan memperhatikan arah pertumbuhan anakan sehingga pada satu rumpun terdapat maksimal 2-3 anakan dengan umur berjenjang.
  • Cara mematikan anakan dilakukan dengan memotong anakan sebatas permukaan tanah, lalu congkel bagian tengah batang.
  • Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan disimpan.
Gambar 4. Pada Satu Rumpun Terdapat Maksimal 2-3 Anakan Dengan
Umur Berjenjang
Sasaran :
Jumlah anakan setiap rumpun sesuai dengan rekomendasi (maksimal 3 anakan dengan umur berjenjang).

XI. PEMOTONGAN JANTUNG PISANG

Definisi :
Memotong jantung pisang setelah sisir terakhir keluar (Jw: Najin).
Tujuan :
a. Untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah.
b. Mencegah penularan penyakit.
Alat dan Bahan :
Pisau/sabit/parang/golok; Galah (Jw: Genter/gethel).
Fungsi :
  • Pisau digunakan untuk memotong jantung pisang.
  • Galah (Jw: Genter/gethel) sebagai alat bantu pemotongan.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Semua peralatan dicuci bersih sebelum digunakan dengan desinfektan.
  • Pemotongan jantung pisang dilakukan bila buah terakhir yang normal sudah melengkung ke atas.
  • Pemotongan dengan menggunakan pisau/ sabit/parang/golok dari arah kanan pada 5 - 10 cm dari sisir terakhir yang normal.
  • Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan disimpan.
Sasaran :
Penyerapan unsur hara pada saat pembentukan buah lebih optimal.

XII. PENGERODONGAN/PEMBRONGSONGAN

Definisi :
Membungkus buah sehingga diperoleh permukaan kulit buah mulus.
Tujuan :
Mencegah timbulnya serangan hama/penyakit pada buah.
Alat dan Bahan :
  • Tangga
  • Alat pemasang kerodong/brongsong.
  • Polyethilene biru (ketebalan 0,03 - 0,04 mm, panjang 150 cm dan diameter 85 cm) atau pembungkus berpori.
Fungsi :
  • Tangga untuk membantu pengerondongan/ pembrongsongan pada tanaman yang tinggi.
  • Alat pemasang kerodong/brongsong untuk membantu pemasangan plastik polyethilene biru/pembungkus berpori pada tandan buah.
  • Polyethilene biru atau pembungkus berpori untuk membungkus buah agar terlindung dari serangan OPT sehingga buah mulus dan bersih.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Pengerodongan dilakukan pada saat seludang pisang pertama belum membuka dan jantung pisang sudah mulai merunduk.
  • Pengerodongan dilakukan dengan menggunakan plastik berwarna biru (po/yet/?/7ene)/pembungkus berpori, dengan mengusahakan agar semua jantung pisang masuk kedalam plastik kerodong.
  • Secara berkala dilakukan pemeriksaan untuk mencegah tersangkutnya kelopak bunga yang sudah terlepas agar tidak membusuk pada tandan buah.
  • Lakukan pemeriksaan secara berkala untuk menghindari terjadinya kerodong plastik tertempel pada buah.
 Gambar 5. Pemasangan Brongsong Pisang
Sasaran :
Buah bebas dari serangan hama penyakit dan kulit buah mulus.

XIII. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Definisi :
Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh hama dan penyakit dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.
Tujuan :
Untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang mempunyai potensi akan merusak tanaman.
Untuk meningkatkan kualitas produksi.
Melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Alat dan Bahan :
  • Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida) yang terdaftar dan diizinkan sesuai dengan Daftar Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan tahun 2008/biopestisida/pestisida nabati
  • Musuh alami : predator, parasitoid, patogen serar/gga (agens antagonis/ hayati)
  • Air
  • Minyaktanah
  • Deterjen
  • Alkohol 70%, kloroks 1% (Bayclin), lysol, kalium permanganat 0.05%;
  • Alat aplikator pestisida;
  • Ember;
  • Pengaduk;
  • Takaran (skala cc, ml, dan liter);
  • Kuas;
  • Pisau;
  • Alat/sarana pelindung : sarung tangan, masker, topi, sepatu boot, baju lengan panjang;
  • Perangkap OPT.
Fungsi :
  • Pestisida (biopestisida, pestisida nabati, pestisida kimiawi) untuk mengendalikan OPT (menurunkan populasi dan intensitas OPT).
  • Musuh alami untuk pengendalian cara biologi, menekan perkembangan OPT dan menjaga keseimbangan ekosistem secara alami.
  • Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih.
  • Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan pestisida pada tanaman.
  • Ember untuk mencampur pestisida dan air.
  • Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air.
  • Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air (skala cc/ml, dan liter).
  • Kuas untuk mengoleskan bahan pengendalian (pestisida, kapur tohor, bubur kalifornia, bubur bordo) pada bagian tanaman yang terserang/terinfeksi.
  • Minyak tanah untuk membakar sisa-sisa/bagian tanaman yang terserang OPT.
  • Deterjen untuk mencuci alat aplikator, mengendalikan hama dan penyakit tertentu, serta pencampur bahan pestisida nabati.
  • Alkohol 70%, kloroks 1% (mis.Bayclin), lysol, kalium permanganat 0.05% untuk mencucihamakan (desinfektan) alat-alat pertanian (pisau, gunting pangkas, gergaji).
  • Pisau, gunting pangkas, gergaji untuk memotong bagian tanaman yang terserang OPT;
  • Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimiawi (pestisida).
Waktu :
  • Pengendalian OPT dilaksanakan setiap waktu, disesuaikan dengan fase/stadia tanaman terutama pada stadia kritis.
  • Keputusan tindakan pengendalian dilakukan berdasarkan pengamatan terutama apabila OPT dipandang perlu untuk dikendalikan.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Lakukan pengamatan OPT secara berkala (seminggu sekali) terhadap OPT utama.
  • Kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan musuh alaminya. Untuk mengenali hama atau penyebab penyakit (bila tersedia) gunakan alat bantu berupa hama atau gejala (symptom) dari pada penyakit. Apabila ragu konsultasi dengan petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT)/Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Balai Proteksi Tanaman Pertanian Provinsi DIY.
  • Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan dikendalikan.
  • Berikut ini adalah daftar OPT utama yang terdapat pada setiap fase/stadia pertumbuhan tanaman.

XIV. PENYAKIT

a. Pengendalian Layu Fusarium (Panama disease)

Penyebab : Fusarium oxysporum f.sp Cubense (E.F. Smith)

i. Gejala :

Cendawan F. oxysporum menyerang jaringan empulur batang melalui akar yang Iuka;
Batang yang sakit banyak kehilangan cairan dan berubah warna menjadi kecoklatan, bagian tepi bawah daun menjadi kuning tua (layu). Tangkai daun patah di bagian pangkal;
Gambar 6. Gejala Layu Fusarium pada Batang Tanaman Pisang
Kadang-kadang lapisan luar dari batang palsu terbelah mulai dari permukaan tanah;
Tanaman yang terserang tidak mampu berbuah atau buahnya tidak terisi;
Jika pangkal batang dibelah membujur terlihat garis coklat atau hitam menuju semua arah dari pangkal batang (bonggol) ke atas, melalui jaringan pembuluh pangkal dan tangkai daun.

ii. Pengendalian :

(1) Cara kultur Teknis
  • Lakukan pemupukan organik dengan kompos/pupuk kandang dicampur dengan agens hayati Trichoderma sp. atau Gliocladium sp. dengan cara sebagai berikut:
    • Pada saat penimbunan lubang tanam : Campurkan pupuk kandang atau kompos sebanyak 5-10 kg + 100 g Trichoderma sp. atau Gliocladium sp per lubang tanam. Selanjutnya, lakukan pemadatan dan penyiraman dengan air secukupnya kemudian dibiarkan sekurangnya 2 minggu.
    • Pada saat pemupukan susulan I : Berikan campuran pupuk kandang/ kompos susulan sebanyak 5-10 kg + 100 g Trichoderma sp. atau Gliocladium sp /rumpun. Pemberian dilakukan dengan membuat parit sekeliling rumpun dengan lebar dan dalam ± 25 cm. Jarak dari rumpun ± 50 cm.
    • Pada saat pemupukan susulan II : Berikan campuran pupuk kandang/ kompos susulan sebanyak 5-10 kg + 100 g Trichoderma sp. atau Gliocladium sp /rumpun. Pemberian dilakukan dengan membuat parit sekeliling rumpun dengan lebar dan dalam ± 25 cm. Jarak dari rumpun ± 50 cm.
  • Lakukan penjarangan anakan, sisakan maksimum 2-3 anakan. Potong anakan setelah mencapai tinggi 30 cm, pemotongan dilakukan di atas permukaan tanah.
  • Lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya pepaya, nanas atau jagung.
  • Lakukan pengaturan air dengan membuat saluran drainase agar air dapat terkendali dan berfungsi optimal bagi tanaman. Lakukan pembuangan terhadap air yang tergenang atau penyiraman terhadap tanaman yang kekurangan air.
  • Hindari terjadinya Iuka pada akar.
  • Gunakan benih sehat:
    • Pastikan benih bukan berasal dari daerah/kawasan/lokasi serangan atau rumpun terserang. Gunakan benih dari kultur jaringan atau benih baru setiap musim tanam.
    • Benih diproses dengan alat-alat steril (didesinfektan) dengan bahan desinfektan, misalnya alkohol 70%, kalium permanganat 0.05%, atau dengan Klorox 1% (mis.Bayclin).
  • Lakukan sistem pindah tanam setelah 3 kali panen maksimal 3 tahun.
  • Lakukan pengisolasian untuk mencegah penyebaran patogen pada lahan baru dari dalam tanah dengan menggunakan arang sekam, dengan cara membuat parit (untuk memisahkan lahan baru dengan lahan yang terserang patogen) sedalam perakaran (rhizosphere) pisang. Taburkan arang sekam ± % tinggi parit. Buat saluran drainase. Untuk tanaman yang dimatikan dengan minyak tanah buat parit di sekeliling rumpun dengan jarak 1,5 m dari tanaman, kemudian taburi arang sekam.
(2) Cara fisik/mekanis
Bongkar (eradikasi) rumpun tanaman terserang sampai ke akar-akarnya atau segera matikan tanaman dengan cara menyuntikkan herbisida sistemik yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, atau minyak tanah 10 - 15 cc/batang (tergantung pada ukuran batang semu) pada batang semu dan anakan, biarkan mengering. Setelah mengering, bongkar tanaman, kumpulkan kemudian dibakar.
(3) Cara genetika
Gunakan benih yang berasal dari induk pisang yang sehat.
(4) Cara biologi
Gunakan agens hayati seperti Trichoderma sp., Gliocladium sp., Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis sebelum tanam yang diintroduksi (dicampur) bersama kompos atau pada benih (100 g/ lubang tanam). Aplikasi agens hayati secara periodik diulangi.
(5) Cara kimiawi
  • Lakukan sterilisasi (disinfektan) semua alat yang digunakan dengan menggunakan alkohol 70%, Klorox 1% (mis.Bayclin yang diencerkan 1 : 5), Lysol, atau kalium permanganat 0.05%, atau dicuci bersih dengan sabun deterjen.
  • Injeksi / pengolesan minyak tanah atau herbisida sistemik pada tanaman sakit dan anakannya sebanyak 5 - 15 ml/tanaman tergantung ukuran/umur tanaman. Injeksi atau pengolesan dapat diulangi hingga tanaman mati.
  • Aplikasi pestisida untuk nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne (penyebab Iuka pada akar) dengan nematisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Nematisida yang terdaftar dan diizinkan tahun 2006, misalnya kardusafos 10%, karbosulfan 3%, karbosulfan 5%. Nematisida tersebut berbentuk granul (butiran) diaplikasikan dengan cara membuat garitan melingkar di sekeliling rumpun lalu taburkan nematisida ke dalam garitan, kemudian timbun dengan tanah.
  • Selanjutnya, lakukan penyiraman secukupnya.
  • Gunakan alat pelindung seperti sarung tangan karet/plastik, masker, topi, sepatu boot, pada saat menyiapkan dan mengaplikasikan nematisida. Bekas sarung tangan dibakar supaya tidak digunakan lagi. Cuci tangan atau bersihkan tubuh (mandi) dengan air sabun. Baca dan ikuti petunjuk yang tertera pada label kemasan pestisida.

b. Pengendalian Layu Bakteri//Voko disease

Penyebab : Ralstonia sp.

i. Gejala :

  • - Timbulnya gejala serangan layu bakteri pada daun biasanya baru tampak setelah munculnya tandan buah atau fase generatif;
  • - Pada awalnya daun muda berubah warna menjadi kuning. Ibu tulang daun keluar garis coklat kekuning-kuningan, kemudian dalam waktu satu minggu semua daun menguning lalu menjadi coklat;
  • - Cairan merah ke luar melalui Iuka pada batang, adakalanya cairan keluar bersamaan dengan keluarnya jantung pisang;
  • - Pada buah gejalanya agak lambat, pada umumnya saat buah hampir menyelesaikan proses pemasakan;
  • - Isi buah menjadi cairan seperti lendir merah kecoklatan;
  • - Buah tampak seperti dipanggang, berwarna kuning coklat, layu dan busuk.

ii. Pengendalian :

(1) Cara kultur Teknis
  • Lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya pepaya, nenas, atau jagung.
  • Lakukan pengaturan air dengan membuat saluran drainase agar air dapat terkendali dan berfungsi optimal bagi tanaman. Lakukan pembuangan terhadap air yang tergenang atau penyiraman terhadap tanaman yang kekurangan air.
  • Hindari terjadinya Iuka pada akar.
  • Gunakan benih sehat:
    • Pastikan benih bukan berasal dari daerah/kawasan/lokasi serangan atau rumpun terserang. Gunakan benih dari kultur jaringan atau benih baru setiap musim tanam.
    • Benih diproses dengan alat-alat steril (didesinfektan) dengan bahan desinfektan, misalnya, alkohol 70%, kalium permanganat 0.05%, atau dengan Klorox 1% (mis.Bayclin).
  • Lakukan sistem pindah tanam setelah 3 kali panen maksimal 3 tahun.
  • Lakukan pengerodongan buah segera setelah sisir pertama terbentuk. Calon tandan dikerodongi dengan plastik (warna biru) / Pembungkus berpori. Plastik
  • dipasang longgar diperhitungkan dengan besarnya buah yang akan dihasilkan, kemudian ikatkan plastik pada pangkal tandan.
  • Lakukan pemotongan jantung pisang (bunga jantan) segera setelah pembentukan sisir berhenti. Jantung pisang dipotong dengan alat potong (pisau/sabit/parang/ golok). Alat potong disterilisasi atau disucihamakan terlebih dahulu dengan alkohol 70%, atau Klorox 1%. Dalam melakukan pemotongan jantung pisang sebaiknya gunakan alat bantu janjang atau tangga untuk memudahkan dalam pekerjaan tersebut.
  • Lakukan pengisolasian untuk mencegah penyebaran patogen pada lahan baru dari dalam tanah dengan menggunakan arang sekam, dengan cara membuat parit (untuk memisahkan lahan baru dengan lahan yang terserang patogen) sedalam perakaran (rhizosphere) pisang.
  • Taburkan arang sekam ± % tinggi parit. Buat saluran drainase. Untuk tanaman yang dimatikan dengan minyak tanah buat parit di sekeliling rumpun dengan jarak 1,5 m dari tanaman, kemudian taburi arang sekam.
  • Lakukan sanitasi lingkungan dengan cara membersihkan gulma dari lahan pertanaman pisang. Daun-daun pisang yang telah kering dipangkas, kemudian dibakar.
  • Hindari pemindahan tanah dan tanaman/sisa tanaman sakit ke daerah lainnya.
(2) Cara fisik/mekanis
Bongkar (eradikasi) rumpun tanaman terserang sampai ke akar-akarnya atau segera matikan tanaman dengan cara menyuntikkan herbisida sistemik yang terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian, atau minyak tanah 10 - 15 cc/batang (tergantung pada ukuran batang semu) pada batang semu dan anakan, biarkan mengering. Setelah mengering, bongkar tanaman, kumpulkan kemudian dibakar.
(3) Cara genetika
Gunakan benih pisang yang sehat.
(4) Cara kimiawi
  • Lakukan sterilisasi (disinfektan) semua alat yang digunakan dengan menggunakan alkohol 70%, Klorox 1% (Bayclin yang diencerkan 1 : 5), lysol, atau kalium permanganat 0.05%;
  • Aplikasikan pestisida kimiawi yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya dazomet 98%.
  • Aplikasi pestisida untuk nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne (penyebab Iuka pada akar) dengan nematisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Nematisida yang terdaftar dan diizinkan tahun 2006, misalnya kardusafos 10%, karbosulfan 3%, karbosulfan 5%. Nematisida tersebut berbentuk granul (butiran) diaplikasikan dengan cara membuat garitan melingkar di sekeliling rumpun lalu taburkan nematisida ke dalam garitan, kemudian timbun dengan tanah. Selanjutnya, lakukan penyiraman secukupnya. Gunakan sarung tangan karet/plastik pada saat mengaplikasikan nematisida. Bekas sarung tangan dibakar supaya tidak digunakan lagi. Cuci tangan dengan air sabun. Baca dan ikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada label kemasan.

c. Pengendalian Bercak Daun/Sigatoka/Black leafstreak

Penyebab : Mycosphaerella musicola

i. Gejala :

  • Pada awalnya timbul bintik-bintik kuning pada tepi daun;
  • Bintik melebar menjadi noda kuning tua kemerahan sampai kehitaman, sehingga seluruh helaian daun menjadi kuning;
  • Daun menjadi lebih cepat kering dan buah matang sebelum waktunya;

ii. Pengendalian :

(1) Cara kultur teknis
- Lakukan sanitasi sumber infeksi, yaitu daun mati/sakit dipangkas lalu dibakar.
- Lakukan pemupukan sesuai anjuran.
(2) Cara kimiawi
  • Aplikasikan pestisida (fungisida) kimiawi yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian tahun 2006, misalnya hexakonazol 50 g/l, tridemorf 750 g/l, mankozeb 80%, tebukonazol 250 g/l, difenokonazol 250g/l, metiltiofanat 500 g/l, metil tiofanat 70%, klorotalonil 500 g/l, klorotalonil 75%, propikonazol 250 g/l.
  • Cara penggunaan fungisida:
    • Gunakan alat pelindung pada saat menggunakan pestisida, yaitu masker, sarung tangan, topi, sepatu boot, baju lengan panjang.
    • Ambil fungisida, takar sesuai dosis anjuran dengan menggunakan taka ran gelas;
    • Takar air sesuai volume anjuran dan masukkan ke dalam ember;
    • Campurkan fungisida ke dalam air, aduk dengan alat pengaduk sampai rata;
    • Masukkan campuran fungisida dan air ke dalam alat aplikasi kemudian semprotkan;
    • Baca dan ikuti petunjuk penggunaan fungisida yang tertera pada label kemasan.

d. Pengendalian Kerdil Pisang/Bunchy top virus

Penyebab : Virus bunchy top , vektor penularnya Aphid (Pentalonia nigronervosa)

i. Gejala :

  • Daun muda tampak lebih tegak, pendek, lebih sempit, dan tangkainya pendek dari yang normal;
  • Daun menguning di sepanjang tepi daun, lalu mengering.
  • Daun menjadi rapuh dan mudah patah;
  • Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang semu.

ii. Pengendalian :

(1) Cara kultur teknis
  • Gunakan benih sehat. Jangan mengambil benih dari tanaman terserang.
  • Lakukan sanitasi kebun dengan membersihkan lahan dari tanaman inang lain, yaitu Abacca (Musa textilis), Heliconia spp., bunga tasbih (Canna spp.)
  • Bongkar rumpun tanaman yang sakit sampai ke akar- akarnya, kemudian dipotong-potong agar tidak ada tunas yang hidup.
(2) Cara biologi
  • Gunakan serangga predator Cryptogonus orbiculus (Coleoptera; Coccinellidae) untuk mengendalikan serangga penular Pentalor/ia nigronervosa (Homoptera : Aphididae).

XVI. HAMA

a. Pengendalian Kumbang Penggerek Bonggol Pisang

Penyebab : Cosmopolites sordidus Germar

i. Gejala :

  • Terbentuknya terowongan yang dibuat oleh larva.
  • Terowongan ini akan memutuskan transportasi air dan hara ke bagian atas tanaman sehingga mengganggu pertumbuhan dan perpanjangan akar serta layunya tanaman.
  • Tanaman muda (anakan) terutama anakan yang ada disekitar tanaman induk menjadi layu dan akhimya mati, sedangkan tanaman yang
  • lebih tua (lebih besar) akan terhambat pertumbuhannya sehingga tanaman menjadi kerdil.
  • Daun berwarna hijau kekuningan dan terkulai, terlambat pembungaan dan mengurangi berat tandan dan jumlah sisir.
  • Kehilangan hasil lebih besar lagi jika tanaman tumbang pada saat berbunga dan pengisian buah.

ii. Pengendalian :

(1) Cara kultur teknis
  • Kumbang penggerek dapat bertahan selama 9 bulan lebih pada batang pisang. Oleh karena itu, lakukan pembersihan sisa-sisa bagian tanaman pisang dari kebun;
  • Lakukan penebangan batang pisang serendah mungkin. Potong-potong batang tanaman terserang termasuk bonggolnya kemudian dikubur.
  • Pastikan bahwa benih dari anakan tidak membawa telur atau larva penggerek;
  • Gunakan perangkap umpan rhizom untuk menarik serangga betina meletakkan telur, lalu musnahkan umpan tersebut dengan dibakar.
(2) Cara mekanis
Tangkap kumbang yang ada dalam bonggol pisang kemudian matikan.
(3) Cara biologi
Manfaatkan patogen larva: Metarrhizium sp.
(4) Cara kimiawi
Belum ada insektisida yang terdaftar dan diizinkan untuk mengendalikan kumbang penggerek batang pisang.

b. Pengendalian Kumbang Penggerek Batang Pisang

Penyebab : Odoiporus longicollis

i. Gejala :

- Tanaman muda (anakan) terlihat layu dan akhimya mati, sedangkan tanaman yang lebih tua (lebih besar) akan terhambat pertumbuhannya dan akhimya akan mudah roboh jika terkena angin.
- Serangan biasanya dilanjutkan dengan serangan sekunder oleh cendawan atau bakteri, sehingga akan mempercepat kematian tanaman pisang.

ii. Pengendalian :

(1) Cara kultur teknis
  • - Kumbang penggerek dapat bertahan selama 9 bulan lebih pada batang pisang. Oleh karena itu, lakukan pembersihan sisa-sisa bagian tanaman pisang dari kebun;
  • - Lakukan penebangan batang pisang serendah mungkin. Potong-potong batang tanaman terserang termasuk bonggolnya kemudian dikubur;
  • - Pastikan bahwa benih dari anakan tidak membawa telur atau larva penggerek;
  • - Gunakan perangkap umpan rhizom untuk menarik serangga betina meletakkan telur, lalu musnahkan umpan dengan dibakar.
(2) Cara mekanis
Tangkap kumbang yang ada dalam batang pisang kemudian matikan.
(3) Cara biologi
Manfaatkan patogen larva: Metarrhizium sp.
(4) Cara kimiawi
Gunakan insektisida dengan bahan aktif karbofuran.

c. Pengendalian Ulat Penggulung Daun Pisang

Penyebab : Erionata thrax (L)

i. Gejala :

  • Ulat yang masih muda memotong daun mulai dari tepi secara miring, lalu menggulung hingga membentuk tabung kecil;
  • Ulat memakan daun di dalam gulungan, apabila daun di dalam gulungan habis maka ulat akan pindah dan membentuk gulungan daun yang lebih besar;
  • Pada tingkat serangan tinggi, daun bisa habis dan tinggal pelepah yang penuh dengan gulungan daun.

ii. Pengendalian :

(1) Cara mekanis
Potong daun pisang yang tergulung, kemudian musnahkan/matikan ulat yang ada di dalamnya.
(2) Cara biologi
Manfaatkan :
  • Parasitoid telur : Ooencyrtus erionotae Ferr. (kumbang tabuhan).
  • Parasitoid larva muda : Cotesia (Apanteles) erionotae Wlk.
  • Parasitoid pupa : Xanthopimpla gampsara Kr (tabuhan), serta
  • Parasitoid lainnya : Agiommatus spp., Anastatus sp., Brachymeria sp., dan Pediobius erionotae.
  • Manfaatkan predator, misalnya burung gagak dan kutilang.

d. Pengendalian Burik (Scab)

Penyebab : Nacoleia octasema Meyr

i. Gejala :

  • Serangan larva pada buah muda dapat menimbulkan gejala burik atau kudis pada kulit buah
  • Larva dapat juga memakan bunga, sehingga bunga rusak dan gugur

ii. Pengendalian :

(1) Cara mekanis
Pengerodongan bunga pisang dengan kantong plastik berwarna biru dan berlubang-lubang. Pengerodongan buah dilakukan segera setelah sisir pertama terbentuk. Plastik dipasang longgar diperhitungkan dengan besarnya buah yang akan dihasilkan, kemudian lkatkan plastik pada pangkal tandan.
(2) Cara kimiawi
Memotong ujung jantung pisang sepanjang 3 - 4 cm pada saat jantung pisang muncul dan mengoleskan msektisida pada ujung jantung pisang yang telah dipotong dengan jenis insektisida sistemik yang terdaftar dengan dosis sesuai anjuran.
(3) Cara biologi
Pemanfaatan musuh alami berupa parasitoid Costesia (Apenteles) sp.

XIV. PENYANGGAAN

Definisi :
Rangkaian kegiatan menyangga pohon pisang agar tidak roboh karena beratnya buah dan gangguan fisik lain.
Tujuan :
Membantu agar pohon pisang tidak roboh karena pertumbuhan tandan dan energi kinetik angin.
Alat dan Bahan :
Bambu/kayu; Tali
Fungsi :
  • Bambu/kayu lurus untuk menahan pohon agar tidak roboh
  • Tali untuk mengikat batang ke kayu/bambu

Prosedur Pelaksanaan :

  • Penyanggaan dilakukan dengan menggunakan bambu.
  • Penyanggaan dengan 2 batang bambu searah dengan posisi tandan buah yang dipasang menyilang dan diikat pada batang pohon.
  • Tiang penyangga tidak boleh mengenai buah pisang.
Sasaran :
Pertumbuhan tandan buah optimal dan batang tidak roboh.

XV. SANITASI

Definisi :
Membuang/mencabut dan mematikan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari gulma.
Tujuan :
  • Membersihkan lingkungan sekitar tempat tumbuhnya tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
  • Mengurangi kompetisi penyerapan hara antara tumbuhan dengan tanaman pengganggu (gulma).
Alat dan Bahan :
Arit/Sabit, cangkul.
Fungsi :
Arit/Sabit untuk membabat atau memotong gulma dan daun pisang yang sudah menguning.
Cangkul untuk membersihkan gulma dan membumbun tanaman.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Membersihkan gulma dan tumbuhan pengganggu dengan cara mencangkul di sekitar permukaan tanaman pisang.
  • Penyiangan jangan sampai melukai akar karena bila akar terluka akan menyebabkan penularan penyakit.
  • Memotong daun pisang yang sudah mengering dan daun yang sudah menguning (rusak/patah) dipotong.
  • Bila memotong pelepah daun yang sudah menunjukkan gejala serangan penyakit, daun dikumpulkan pada satu tempat kemudian dibakar agar tidak menjadi sumber infeksi.
  • Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan disimpan.
Gambar 7. Kebun pisang yang dilakukan sanitasi
Sasaran :
Terciptanya lingkungan pertanaman yang bersih, tidak menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit dan mengurangi kompetisi penyerapan unsur hara, sinar dan air.

XVI. PENGATURAN JUMLAH DAUN

Definisi :
Memotong daun untuk menjaga ukuran kanopi/tajuk yang ideal.
Tujuan :
Untuk memperoleh bentuk tajuk yang ideal sehingga menghasilkan buah dengan ukuran sesuai standar dan menghindari buah pecah.
Alat dan Bahan :
Pisau; Galah/genter.
Fungsi :
Pisau sebagai alat untuk memotong tangkai daun/pelepah.
Galah sebagai alat bantu untuk memotong tangkai daun/pelepah yang tinggi.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Hitung terlebih dahulu tangkai daun/pelepah yang akan ditinggalkan (6-9 daun).
  • Pilih daun yang telah tua atau menguning lalu potong dengan membentuk sudut 45° dan potong bagian batang yang menjuntai dan sisakan 10-15 cm dari pangkal pelepah daun.
  • Menjelang panen, daun disisakan hingga 3-4 daun saja hingga panen.
  • Kumpulkan daun yang dipotong pada tempat yang telah ditentukan, untuk daun yang terserang penyakit pisahkan ditempat lain untuk dibakar.
  • Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan disimpan.
Sasaran :
Buah dengan ukuran yang sesuai standar dan tidak pecah.

XVII. PENENTUAN SAAT PANEN

Definisi :
Memantau/melihat keadaan buah kapan buah dapat dipanen.
Tujuan :
Untuk mengetahui tingkat kematangan/ketuaan dan menentukan saat panen.
Alat dan Bahan :
Gambar tahap kematangan buah.
Fungsi :
Gambar tahap kematangan buah untuk melihat tingkat kematangan buah.

Prosedur Pelaksanaan:

  • Tepi buah pisang tidak bersudut.
  • Buah tampak berisi/padat.
  • Bunga yang mengering pada ujung buah mudah dipatahkan.
  • Warna kulit buah dari hijau muda menjadi hijau tua.
  • Daun bendera pada tanaman sudah menguning.
  • Buah dapat dipanen antara 90 - 110 hari setelah muncul jantung.
Sasaran :
Saat panen yang tepat.

XVIII. PANEN

Definisi :
Proses pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) matang panen.
Tujuan :
Untuk mendapatkan buah segar yang optimal.
Alat dan Bahan :
Parang (Jw: bendho) / sabit; Tangga; Bambu runcing; Alat angkut.
Fungsi :
  • Parang (Jw: bedho) / sabrt untuk memotong tandan buah.
  • Tangga untuk alat bantu pemanenan pada tanaman yang tinggi.
  • Bambu runcing untuk menusuk batang.
  • Alat angkut buah untuk sarana pengangkutan buah.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Lakukan pemanenan pisang pada waktu pagi (jam 07.00 - 10.00) atau sore hari (jam 15.00 - 17.00) dalam keadaan cuaca cerah. Pemanenan tidak dianjurkan pada waktu hujan karena dapat meningkatkan serangan busuk buah dalam gudang penyimpanan.
  • Gunakan parang (Jw:bendho)/sabit yang tajam dan bersih, sebelum digunakan dicuci dengan lysol/bayclin.
  • Turunkan kayu atau bambu penyangga tandan secara perlahan-lahan.
  • Tebang batang pisang dengan cara menusuk batangnya atau membacok separuh batang setinggi 2/3 dari tinggi batang agar tandan pisang tidak menyentuh tanah.
  • Raih tandan buah selanjutnya dipotong dengan parang tajam, dipotong di sebelah atas buku tandan (30 cm di atas sisir pertama).
  • Plastik kerodong dapat dibuka sebelum atau setelah panen tergantung kondisi.
  • Balikkan segera tandan pisang yakni tangkai tandan menghadap ke bawah. Tujuannya agar getah yang keluar dari tangkai tandan tidak menetes pada buah dan buah tidak tergores oleh tanah. Alternatif lain bekas potongan tandan dibungkus dengan plastik.
  • Pada tempat pengumpulan tandan pisang diberi alas untuk menghindari buah rusak/tergores.
Sasaran :
Memperoleh saat panen yang tepat waktu.

XIX. PENANGANAN BATANG BEKAS PANEN

Definisi :
Menjaga kebersihan kebun dengan menyingkirkan batang pisang yang buahnya sudah dipanen.
Tujuan :
Membersihkan lahan pertanaman dari batang pisang yang telah dipanen untuk menghindari serangan OPT.
Alat dan Bahan :
Arit/Sabit; Cangkul, plancong
Fungsi :
Arit/sabit untuk membabat atau memotong batang pisang;
Cangkul, plancong untuk membantu dalam menguburkan batang bekas;

Prosedur Pelaksanaan :

  • Memotong batang pisang setelah panen hingga ke pangkal batang.
  • Memotong batang pisang menjadi 2 bagian.
  • Mengumpulkan batang pisang tersebut di suatu tempat yang telah ditentukan yang tidak mengganggu aktivitas kerja.
  • Mengubur batang pisang tersebut agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit.
  • Untuk sisa batang pisang dapat dikubur pada lahan yang tidak mengganggu pertanaman atau dengan cara membakar untuk memusnahkan OPT yangterdapat pada batang.
Sasaran :
Kebun yang bersih dan bebas dari penyakit yang ditinggalkan oleh bekas batang pisang.

XX. PENYISIRAN

Definisi :
Proses memisahkan bagian sisir buah.
Tujuan :
Untuk memisahkan bagian sisir buah pisang dengan tangkai tandan.
Mengurangi resiko kerusakan pisang pada waktu proses pengangkutan.
Alat dan Bahan :
Pisau. Daun pisang kering yang lunak/serasah.
Fungsi :
  • Pisau untuk memotong sisir buah dari tandannya.
  • Daun pisang/serasah untuk alas meletakkan buah.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Penyisiran dengan menggunakan pisau yang tajam dengan memotong batang tandan di sekitar sisiran buah.
  • Hindari Iuka pada buah saat penyisiran agar kemulusan buah tetap terjaga.
  • Tangkai sisiran diberi daun kering/seresah untuk menghindari getah bekas sisiran agar tidak menempel pada buah.
Sasaran :
Untuk mempermudah proses pemeraman, grading, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran.

XXI. PEMERAMAN

Definisi :
Membantu proses pematangan buah.
Tujuan :
Untuk mengatur proses pematangan buah.
Alat dan Bahan :
Kantong plastik/karung goni;
Karbit atau Ethrel.
Fungsi :
Kantong plastik/karung goni untuk membungkus pisang (dalam bentuk tandan/sisir) yang diperam;
Karbit/Ethrel untuk menstimulator pematangan buah.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Masukkan sisir/tandan pisang yang akan diperam kedalam kantong plastik/karung goni.
  • Tempatkan karbit sebanyak 5 gr untuk satu tandan pisang ke dalam tumpukan bungkus pisang.
  • Ikat dan tutup rapat dan biarkan selama 24 jam.
  • Bila menggunakan Ethrel celup tandan/sisir selama 30 detik ke dalam larutan Ethrel 1.000 ppm (1 cc Ethrel/1 iter air), kemudian ditiriskan/digantung.
Sasaran :
Tingkat kematangan untuk standar yang diinginkan.

XXII. SORTASI DAN PENGKELASAN

Definisi :
Melakukan pemilihan, pengkelasan dan pemisahan berdasarkan tingkat kualitas buah.
Tujuan :
Untuk memisahkan buah yang baik dan yang rusak serta untuk mendapatkan buah yang seragam.
Alat dan Bahan :
Gambar/poster tingkat kualitas pisang; Timbangan.
Fungsi :
  • Gambar/poster tingkat kualitas pisang untuk memilih buah pisang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan;
  • Timbangan untuk mengukur berat buah agar seragam ukurannya.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Memilih dan memisahkan antara buah pisang yang baik dan yang tidak baik, cacat, rusak atau busuk.
  • Kemudian dilakukan pengkelasan/ pengelompokan buah pisang yang telah disortasi menjadi kelompok kelas sesuai ukuran (besar/kecil), bentuk tingkat kematangan buah, berat buah dan keseragaman warna.
  • Kelas A : bobot per sisir lebih besar 3 kg.
  • Kelas B : bobot per sisir 2,5- 3 kg.
  • Kelas C : bobot per sisir kurang dari 2 kg.
Sasaran :
Pengelompokan buah sesuai kelas yang ditentukan.

XXIII. PENGEMASAN

Definisi :
Menempatkan pada keranjang/kemasan yang sesuai.
Tujuan :
Untuk menjaga buah agar tidak mengalami penurunan mutu pada saat pengangkutan atau penyimpanan.
Alat dan Bahan :
Keranjang bambu.
Jerami/daun pisang kering yang lunak (serasah).
Fungsi :
Keranjang bambu/kardus untuk kemasan;
Jerami/daun/kertas pisang kering yang lunak (serasah) untuk penyekat antara buah yang satu dengan yang lain.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Cuci Alat kemas berupa keranjang bambu : Gunakan alat kemas seperti keranjang bambu/kardus.
  • Keranjang bambu dilapisi dengan daun pisang kering (serasah)/kertas/spon untuk membatasi antara sisir atau tandan pisang dengan kemasan agar mutu buah tetap terjaga.
  • Buah yang sudah dikemas ditempatkan pada tempat yang kering.
Sasaran :
Mutu buah tetap terjaga.

XXIV. TRANSPORTASI

Definisi :
Proses memindahkan buah pisang ke pasar.
Tujuan :
Untuk mengangkut buah dari tempat penyimpanan ke pasar dalam keadaan baik.
Alat dan Bahan :
Alat transportasi/ pengangkutan.
Fungsi :
Alat transportasi/pengangkutan berfungsi untuk mengangkut buah dari tempat penyimpanan.

Prosedur Pelaksanaan :

  • Angkut buah pisang yang sudah dikemas ke kendaraan atau gerobak pengangkutan.
  • Di dalam pengangkutan, dalam bentuk : 
    • S! Tandan, letakkan posisi tandan pisang tegak lurus (posisi tangkai buah menghadap ke bawah). 
    • Bila di dalam kemasan lebih dari satu tandan, antara tandan diberi penyekat serasah.
    • Sisir, lapisi tiap sisir dengan daun pisang kering/serasah/kertas/spon.
  • Susun kemasan/kotak pisang dalam kendaraan pengangkut atau dengan memperhatikan kekuatan kemasan.
Sasaran :
Buah sampai di tangan konsumen dalam keadaan baik

Disclaimer : SOP Penanaman Pisang Ambon, ini merujuk pada hasil pengalaman lapangan para Petani yang tertulis di Ebook Dinas Pertanian Prov. DIY 
Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar