jfl4pTej7k4QfCLcbKfF9s3px8pyp1IT1rbd9c4h
Shalat Sunnah Rawatib–Ust. Ahmad Sarwat, Lc.

Iklan Billboard 970x250

Shalat Sunnah Rawatib–Ust. Ahmad Sarwat, Lc.

BAB X - Shalat Sunnah Rawatib   1

A. Sunnah Rawatib Muakkadah dan Ghairu Muakkadah. 1

B. Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib. 1

C. Hukum Berpindah Tempat 2

 

BAB X - Shalat Sunnah Rawatib

A. Sunnah Rawatib Muakkadah dan Ghairu Muakkadah

Shalat sunnah rawatib yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah :

1.    Dua rakaat sebelum zhuhur

2.    Dua rakaat sesudah zhuhur

3.    Dua rakaat sesudah maghrib

4.    Dua rakaat setelah ‘Isya’

5.    Dua rakaat sebelum shubuh.

Adapun yang selain itu memang tidak menjadi kebiasaan beliau meski tetap ada dalil masyru’iyahnya. Derajat kesunnahannya sedikit di bawah yang 10 rakaat itu namun tetap berpahala dan menjadi dari ibadah tambahan yang bila dikerjakan akan memberikan nilai tambah tersendiri. Pada dasarnya semua sholat rawatib adalah dianjurkan hanya saja para ulama membaginya menjadi dua bagian; sholat sunnah Mu’akkadah dan sholat sunnah Ghair Mu’akkadah.

Yang termasuk sholat rawatib mu’akkadah adalah dua rakaat sebelum shubuh, dua rakaat atau empat rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya.

Dari Ummu Habibah Ramlah Ra ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang hamba muslim yang melaksanakan sholat karena Allah dalam setiap hari dua belas rakaat berupa tathowwu’ bukan sholat fardhu melainkan Allah akan membangunkan bagi orang tersebut sebuah istana di surga atau melainkan akan dibangubn bagi orang tersebut istana di surga” (HR. Muslim No. 728)

Sedangkan yang dimaksud dengan sholat rawatib ghair mu’akkaddah dan sebagian ulama menyebutnya sebagai sholat sunnah muthlaqah adalah

a. Dua rakaat sebelum Ashar.

Dari Abdullah bin Mughaffal Ra ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Diantara adzan dan iqomah ada sholat, diantara adzan dan iqomah ada sholat (kemudian dikali ketiga beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR. Bukhari No. 627 dan Muslim No. 838)

b. Dua rakaat sebelum Maghrib

Dari Abdullah bin Mughaffal Ra dari Nabi SAW bersabda: “Shalatlah kalian sebelum Maghrib (beliau mengulangnya tiga kali). Diakhirnya beliau bersabda: Bagi siapa saja yang mau melaksankannya. Beliau takut hal tersebut dijadikan oleh orang-orang sebagai sunnah. (HR. Bukhori No. 1183)

Dan dalam riwayat Abu Daud : “Sholatlah kalian sebelum Maghrib dua rakaat”. Kemudian beliau bersabda: “Sholatlah kalian sebelum Maghrib dua rakaat bagi yang mau” Beliau takut prang-orang akan menjadikannya sholat sunnah. (HR. Abu Daud No. 1281)

Dari Abdullah bin Mughaffal Ra ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Diantara adzan dan iqomah ada sholat, diantara adzan dan iqomah ada sholat (kemudian dikali ketiga beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR. Bukhari No. 627 dan Muslim No. 838)

c. Dua rakaat sebelum Isya.

Dari Abdullah bin Mughaffal Ra ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Diantara adzan dan iqomah ada sholat, diantara adzan dan iqomah ada sholat (kemudian dikali ketiga beliau berkata:) bagi siapa yang mau” (HR. Bukhari No. 627 dan Muslim No. 838)

B. Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Ada sejumlah keterangan dari Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang keutamaan melaksanakan sholat sunah rawatib. Antara lain:

Dari Aisyah Ra dari Nabi SAW belaiu bersabda: “Dua rakaat fajar (qbliyah shubuh) adalah lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR. Muslim No. 725)

Dari Ummu Habibah Ramlah Ra ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang hamba muslim yang melaksanakan sholat karena Allah dalam setiap hari dua belas rakaat berupa tathowwu’ bukan sholat fardhu melainkan Allah akan membangunkan bagi orang tersebut sebuah istana di surga atau melainkan akan dibangubn bagi orang tersebut istana di surga” (HR. Muslim No. 728)

Dari Ummu Habibah Ra dari Nabi SAW beliau bersabda: “Barangsiapa yang melaksankan sholat sebelum dzuhur empat rakaat (qabliyah dzuhur) dan setelahnya empat rakaat (ba’diyyah dzuhur) Allah akan mengharamkan orang tersebut masuk neraka” (HR. Abu Daud/shohih sunan Abu Daud No. 1130, Tirmidzy/shohih sunan Tirmidzi No. 352, Nasai/shohih sunan An-Nasai No. 1708 dan Ibnu Majah/shohih sunan Ibnu Majah No. 951)

Demikianlah sebagian dalil dari hadis yang menjelaskan tentang fadhilah melaksanakan sholat rawatib, baik qabliyah maupun ba’diyyah.

C. Hukum Berpindah Tempat

Ada sejumlah riwayat yang menjelaskan bahwa berpindah tempat ketika akan melaksanakan sholat rawatib, baik qabliyah maupun ba’diyyah adalah disunahkan.

Bahkan lebih afdholnya lagi, sholat sunnah rawatib dilaksanakan di dalam rumah sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dari Zaid bin Tsabit Ra sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda:

“Sholatnya seseorang di rumahnya adalah lebih baik daripada sholatnya di masjidku ini keculai sholat fardhu” (HR. Abu Daud/Shaih sunan Abi Daud N0.22)

Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah Ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seorang imam tidak boleh sholat di tempat dimana ia sholat sehingga ia berpindah tempat” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Dari Abu Hurairoh Ra dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Apakah kamu merasa lemah (keberatan) apabila kamu sholat untuk maju sedikit atau mundur, atau pindah ke sebelah kanan atau ke sebelah kiri ?” (HR. Ibnu Majah)

Hadits-hadits di atas menunjukan bahwa berpindah tempat ketika melaksanakan sholat adalah masyru’. Dan diantara alasan disyariatkanya hal tersebut adalah untuk memperbanyak tempat sujud atau ibadah, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Bukhori dan Al-Baghowi. Karena tempat-tempat ibadah tersebut akan memberi kesaksian di hari akhir nanti sebagaimana firman Allah Swt:

”Pada hari itu bumi menceritakan khabarnya“ (QS. Al-Zalzalah : 4)

Penejelasan ini dapat anda rujuk pada kitab ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud 2/227-228.

Namun jika masjid atau musholanya sempit, bisa saja seseorang meminta jamaah yang lain untuk bergeser ke tempatnya dan melaksanakan sholat sunnah rawatib di tempatnya. Tetapi jika memang tidak memungkinkan juga untuk bertukar tempat, maka tidak mengapa untuk melaksanakan sholat rawatib di tempat yang sebelumnya digunakan untuk melaksanakan sholat fardhu.

www.rumahfiqih.com

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar