Kebaikan itu akan kembali kepada pelakunya
SESUNGGUHNYA jiwa- jiwa yang fitrahnya hidup akan merasa bahagia apabila mampu memberi manfaat untuk orang lain. Sebaliknya, jiwa yang fitrahnya mati dan tertutup justru merasa bahagia jika melihat kesusahan dan penderitaan orang lain. Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Jika kebaikanmu menyenangkanmu dan kejahatanmu menyusahkanmu, maka kamu adalah seorang mukmin. “ (HR. Ahmad).
Para sahabat yang pernah hidup bersama Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam merupakan orang- orang yang sangat suka memberi manfaat kepada orang lain. Sebagai contoh, Khalifah Umar bin Khattab ra. Dan beberapa sahabat lainnya yang ketika mendapatkan harta langsung didistribusikan lagi kepada orang lain.
Diriwayatkan bahwa ketika mendapatkan kiriman harta tersebut, Umar langsung memanggil salah seorang pembantunnya dan memerintahkan agar harta tersebut dikirimkan kepada Abu Ubaidah bin Jarrah ra. Umar juga meminta pembantunya agar menunggu sejenak di rumah Abu Ubaidah untuk memerhatikan apa yang akan ia lakukan dengan harta tersebut. Tampaknya, Umar ingin melihat bagaimana Abu Ubaiddah mengguanakan hartanya.
Ketika pembantu itu sampai dirumah Abu ubaidah, ia meyampaikan, “Amirul Mukminin mengirimkan harta ini kepada Anda untuk dipergunakan sesuai kebutuhan yang anda kehendaki.”
Kemudian Abu Ubaidah memanggil pembantunnya. Lalu mereka mulai membagi- bagikan harta pemberian Umar itu kepada para fakir miskin hingga seluruh harta tersebut habis. Pembantu Umar pulang dan menyampaikan apa yang telah ia liat. Umar kemudian kembali memberi pembantu itu uang sebesar empat ratus dirham ntuk diserahkan kepada Muadz bin Jabal ra. Sama seperti sebelumnya, Umar meminta pembantunya untuk memperhatikan Muadz.
Ternyata Muadz pun memanggil hamba sahayanya untuk membagi- bagikan harta tersebut kepada fakir miskin hingga habis. Bahkan, ketika istri Muadz melihat dari dalam rumah dan berkata kepada suaminya,”Demi Allah, aku juga termasuk orang miskin,” Muadz hanya menjawab,”Ambillah dua dirham saja.”
Umar kemudian menyuruh lagi unuk mengirimkan harta kepada Saad bin Abi Waqqas ra. Ternyata, Saad pun melakukan hal yang sama. Pembantu Umar itu kembali pulang dan melaporan semua yang dilihatnya. Mendengar sikap mereka, Umar menangis dan berkata,” Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah.”
Begitulah sikap dan perilaku para sahabat Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam mendayagunakan karunia yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Hidup mereka selalu ingin digunakan untuk memberi manfaat bagi manusia yang lain walaupun sebenarnya diri mereka sendiri sangat membutuhkan.
Dicintai Manusia
Orang yang mampu memberi manfaat kepada orang lain akan dicintai oelh orang yang mendapatkan manfaat darinya. Bahkan, orang lain yang tidak mendapatkan manfaat pun akan mengagumi dan menghormatinya.
Contohnya, para pahlawan Islam. Waaupun jasad mereka telah lama hancur, tetapi penghormatan kepada mereka tetap abadi. Lihatlah Syaikh Yusuf al Makassari. Beliau seorang ulama pejuang abad 17 yang berjasa menyebarkan Islam dan menanamkan semangat perjuangan melawan penjajah Belanda.
Sikapnya yang tegas menentang bangsa penjajah menjadikan Yusuf harus dijauhkan dari pengikutnya. Tahun 1683, Yusuf ditahan selama satu tahun di Cirebon, Jawa Barat, kemudian di Batavia (Jakarta), dan akhirnya dibuang ke Thailand.
Namun, berada di tanah buangan tak menyurutkan semangat Yusuf untuk berdakwah dan menulis kitab. Di Thailand, Yusuf dalam waktu sngkat berhasil meraih simpati masyarakat. Inilah yang menyebabkan Belanda, pada tahun 1693, membuang Yusuf ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan.
Di negeri baru itu, Yusuf kembali meyampaikan dakwahnya, sehingga berkembanglah Islam di negeri tersebut.
Syeikh Yusuf wafat pada tahun 1699 di usia 72 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Cape Town. Rakyat Afrika Selatan menjadikannya sebagai guru, pemimpin, dan pahlawan mereka. Ini tidak lain karena kiprah kebajikan yang beliau tanam, sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat Al Isra’ ayat 7 yang bunyinya;
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ
”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri…”.*/Faqihuddin Asyrof
Sumber: Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Posting Komentar
Posting Komentar