Biografi Salaf : 1. MASRUQ BIN AL-AJDA’
Ini adalah biografi pertama dari serial biografi edukatif dari beberapa ulama salaf terkemuka. Biografi ini bertujuan mendidik generasi muda Islam sesuai dengan pendidikan yang pernah ditempuh para ulama dan mengikuti jejak mereka, para imam yang terkenal dan mulia.
Orang-orang yang terkenal dengan kezuhudan dan kehati-hatiannya, kewara'an dan kesederhanaannya. Mereka yang banyak beribadah dan mempunyai rasa takut yang mendalam kepada Allah sehingga tumbuh dalam diri mereka sesuatu yang pantas untuk dihormati dan dimuliakan. Mereka pantas mendapatkan kenikmatan dan penghormatan itu.
Sifat-sifat di atas tentunya merupakan indikasi dari seorang pemimpin para tabi'in dan para imam yang mau mengamalkan iimunya.
Di antara mereka adalah Masruq bin Al-Ajda' Al-Hamadani yang telah banyak berguru pada beberapa sahabat terkenal yang di antaranya; Abdullah bin Mas'ud, Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Aisyah Ridhwanullahi Alaihim Ajma'in.
Dialah orang yang terkenal dengan kezuhudan, kewara'an dan ibadahnya. Merupakan teladan dan tokoh yang pantas untuk kami jadikan pembuka dalam mengawali penulisan serial biografi ini.
Semoga Allah berkenan menerima semua ibadah dan ketaatan kita dan menyatukan kita dengan para ulama yang mulia dalam derajat yang paling tinggi.
Semoga shalawat dan salam selalu mengalir kepada baginda Rasulullah yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, kepada keluarga serta para sahabatnya yang mulia. Segenap puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
1. Nama dan Kelahirannya
Namanya: Masruq bin Al-Ajda' Al-Hamadani Al-Wadi'i Abu Aisyah Al- Kufi. Dialah Masruq bin Al-Ajda' bin Malik bin Umayyah bin Abdullah bin Murri bin Salman -ada juga yang mengatakan Salaman- bin Muammar bin Al-Harits bin Sa'ad bin Abdullah bin Wadi'ah."
Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khatib berkata, "Ada yang mengatakan bahwa pada waktu kecil, dia pernah hilang diculik, lalu ditemukan lagi sehingga dia dinamakan dengan Masruq (yang dicuri), kemudian ayahnya Al-Ajda' masuk Islam."
Kelahirannya: Tidak seorang pun dari penulis biografinya yang menjelaskan -sejauh yang saya teliti- tentang tanggal dan tempat kelahirannya. Hanya saja mereka dengan jelas memberikan keterangan bahwa dia meninggal pada tahun 62 atau 63 Hijriyah
Harun bin Hatim dari Al-Fadhl bin Amr mengatakan, "Masruq meninggal pada usia 63 tahun." Jadi dapat disimpulkan bahwa dia terlahir pada tahun pertama hijrah atau satu tahun sebelumnya. Wallahu A'lam.
2. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Malik bin Mughawwal berkata, "Aku pernah mendengar Abu Safar mengatakan, "Hamdaniah (nama sebuah suku) belum pernah melahirkan seseorang seperti Masruq."
Dari Amir Asy-Sya'bi, dia berkata, "Aku tidak pernah mengetahui ada orang yang lebih banyak berkelana di berbagai tempat untuk mencari ilmu dari Masruq."
Dari Manshur bin Ibrahim, dia berkata, "Beberapa teman Abdullah bin Mas'ud ada yang mengajarkan kepada banyak orang dan mengajari mereka tentang Sunnah Rasulullah Di antara mereka itu adalah; Alqamah, Al-Aswad, Ubaidah, Masruq, Al-Harits bin Qais dan Amr bin Syarahbil.”
Asy-Sya'bi berkata, "Ketika Ubaidillah bin Ziyad datang ke Kufah, dia bertanya, "Siapakah orang yang terbaik di antara kalian?" mereka menjawab, "Masruq."
Ibnu Al-Madini berkata, "Aku tidak pernah mempersilahkan seorang pun untuk berbaris di belakang Abu Bakar ketika shalat berjamaah, kecuali kepada Masruq (agar sewaktu-waktu bisa mengganti Abu Bakar menjadi imam karena ilmu dan kewibawaannya)."
Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Ibnu Uyainah berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih utama dari Masruq setelah Alqamah."
Dari Ibnu Abjar dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Masruq lebih pantas memberikan fatwa daripada Syuraih, karena Syuraih lebih banyak meminta pendapat Masruq."
Yahya bin Mu'in berkata, "Masruq adalah orang yang dapat dipercaya dan tidak ada orang yang menyamainya. Utsman bin Said bertanya kepada Yahya tentang Masruq dan kepada Urwah mengenai Sayyidah Aisyah, maka dia tidak ragu lagi."
Ibnu Sa'ad berkata, "Dia adalah tsiqah (orang yang dapat dipercaya perkataan dan berita yang dibawanya) dan dia banyak mempunyai hadits yang layak diriwayatkan."
Al-'Ajali berkata, "Dia adalah seorang Tabi'in yang dapat dipercaya, dan termasuk salah seorang teman Abdullah bin Mas'ud yang diperkenankan mengajar dan memberikan fatwa kepada khalayak ramai. Dia banyak melakukan shalat hingga kedua kakinya membengkak."
Abu Nu'aim berkata, "Di antara para teman Abdullah bin Mas'ud, terdapat seseorang yang sangat takut dan sangat cinta kepada Tuhannya dan selalu ingat akan banyaknya dosa yang telah dilakukannya. Dia sangat dihormati keilmuannya, dapat dipercaya dan selalu ingin bertemu kepada Tuhannya dengan memperbanyak ibadah; dialah Abu Aisyah (ayah Aisyah) bemama Masruq."
Dari Mujalid dari Asy-Sya'bi dari Masruq, dia berkata, "Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, "Wahai Masruq, sesungguhnya kamu telah aku anggap sebagai anak sendiri dan kamu termasuk orang yang paling aku cintai. Apakah kamu mempunyai pengetahuan tentang Al-Mikhda' (mengenai suatu kekurangan pada dirinya)?"
3. Ibadahnya
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir, dia berkata, "Masruq memasang penutup antara dia dengan anggota keluarganya ketika shalat
agar khusyuk dalam shalatnya, meninggalkan mereka dan dunia mereka."
Anas bin Sirin dari isteri Masruq, dia berkata, "Masruq banyak melakukan shalat hingga kedua kakinya membengkak. Seringkali aku duduk di belakangnya sambil menangis karena tidak tega melihat apa yang dilakukannya."
Dari Fithr bin Khalifah dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Masruq bin Al-Ajda' jatuh pingsan saat dia menjalankan puasa pada musim kemarau. Sayyidah Aisyah isteri Rasulullah telah mengangkatnya sebagai anak, hingga dia pun (Masruq) memberikan nama kepada puterinya dengan nama Aisyah. Dia tidak pernah memarahi puterinya itu sedikitpun. Perawi melanjutkan ceritanya berkata, "Kemudian puterinya itu datang kepadanya dan berkata, "Wahai Ayah, makan dan minumlah!" Dia menjawab, "Apa yang kamu inginkan dariku wahai puteriku? Sang puteri berkata, "Aku hanya kasihan melihat ayah." Dia berkata, "Wahai puteriku, aku hanya ingin mendapatkan kasih sayang dari Allah di hari yang jaraknya mencapai lima puluh ribu tahun (satu hari lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun -Hari Kiamat-)."
Dari Abu Ishaq, dia berkata, "Ketika Masruq menjalankan ibadah haji, dia tidak pernah tidur kecuali dalam keadaan bersujud."
Ibrahim bin Muhammad bin Al Muntasyir berkata, "Suatu ketika Khalid bin Abdullah bin salah seorang pembesar di Bashrah memberikan hadiah uang kepada Masruq sebanyak tiga puluh ribu dinar. Meski saat itu dia sangat membutuhkannya, namun dia tidak menerimanya."
Abu Ishaq As-Subai'i berkata, "Masruq menikahkan puterinya dengan Sa'ib bin Al-Aqra' dengan mas kawin sepuluh ribu dinar yang diberikan Sa'ib kepadanya. Lalu, uang sebanyak itu dipergunakan Masruq untuk membiayai para pejuang Islam dan menyantuni fakir miskin."
Dari Al-A'masy bin Abi Adh-Dhuha, dia berkata, "Masruq banyak bangun malam dan melakukan shalat layaknya seorang rahib. Dia pernah berkata kepada keluarganya, "Sebutkanlah semua kebutuhan kalian kepadaku sebelum aku melakukan shalat (agar tidak terganggu dalam shalatnya)."
Dari Said bin Jubair, dia berkata, "Masruq pernah menemuiku dan dia berkata, "Wahai Said, tidak ada satupun sesuatu yang dapat menyenangkanku,
kecuali membenamkan wajah kita dalam tanah berdebu."
4. Sikapnya Terhadap Fitnah
Dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Ketika ada seseorang berkata kepada Masruq, "Anda telah terlambat mengikuti pasukan Ali bin Abi Thalib dan terlambat ikut dalam pertempurannya." Sepertinya orang itu ingin berdebat dengannya tentang masalah ini, maka dia berkata, "Demi Allah, aku ingatkan kepada kalian, tidakkah kalian tahu ketika kalian saling mempersiapkan bala tentara dengan persenjataan lengkap untuk saling berperang, pada saat itu pula Allah membukakan pintu langit dan kalian melihatnya, kemudian malaikat pun turun, hingga ketika berada di antara pasukan dari kedua belah pihak, malaikat itu berkata,
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka Di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian." (An-Nisaa': 29)
Apakah hal itu merupakan penghalang di antara kalian?" Mereka berkata, "Ya," dia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah membukakan pintu langit (memberikan solusi) bagi permasalahan ini. Allah telah mengutus malaikat yang mulia melalui perkataan Nabi kalian (Muhammad dengan wahyu yang diterimanya), dan sesungguhnya itulah pengadilan yang terdapat dalam lembaran-lembaran (Al-Qur'an) yang tidak akan ada yang dapat mengganti ataupun merubahnya."
Adz-Dzahabi berkata, "Waki' pernah berkata, "Ada beberapa orang yang pernah ketinggalan dari pasukan Ali bin Abi Thalib yang di antaranya adalah; Masruq bin Al-Ajda', Al-Aswad, Ar-Rabi' bin Khutsaim dan Abu Abdurrahman As-Sulami.
Ada yang mengatakan bahwa dia ikut datang dalam perang Shiffin, namun di sana hanya memberikan wejangan dan mauizhah dan tidak ikut berperang.
Ada juga yang mengatakan bahwa dia ikut serta dalam perang Haruriyah bersama Ali bin Abi Thalib dan dia meminta maaf atas keterlambatannya bergabung bersama Imam Ali bin Abi Thalib
5. Kewara’an dan Kezuhudannya
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari ayahnya dari Masruq, dia berkata, "Sesungguhnya dia tidak pernah mengambil bayaran dari pekerjaannya sebagai hakim. Dia berpedoman pada firman Allah, "Sesungguhnya Allah membeli jiwa raga orang-orang yang beriman dan harta benda mereka dengan surga"
Dari Al-A'masy dari Abu Adh-Dhuha, dia berkata, "Masruq pernah pergi selama dua tahun. Ketika dia datang dari perantauannya itu, keluarganya memandang kopor yang dibawanya, lalu mereka menemukan sebuah kapak di dalamnya, sehingga mereka berkata, "Kamu merantau selama dua tahun lalu datang dengan kapak tanpa pegangan (disangka bahwa mendapatkannya adalah dengan jalan yang tidak benar)." Dia berkata, "Subhanallah, aku meminjamnya dan lupa mengembalikannya."
Abu Adh-Dhuha berkata, "Pada suatu ketika Masruq pernah ditanya mengenai bait-bait syair, kemudian dia berkata, "Aku tidak suka jika dalam kitabku terdapat bait-bait syair."
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim bin Al-Muntasyir, dia berkata, "Masruq setiap hari Jum'at mengendarai keledainya dan aku membonceng- nya di belakang. Dia membawa serta sapu yang sudah tua ke kebun lalu berkata, "Dunia ini ada di bawah (penguasaan/pengelolaan) kita."
Dari Hamzah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dia berkata, "Ada seseorang yang mengatakan kepadaku bahwa Masruq pernah membawa keponakannya ke Kufah, kemudian dia berkata, "Tidakkah kalian ingin aku beritahukan tentang dunia? Dunia adalah apa yang mereka makan lalu habis, yang mereka pakai lalu rusak, yang mereka kendarai lalu binasa; mereka mengalirkan darah, melanggar kehormatan dan memutuskan hubungan silaturrahim di antara mereka.''
6. Guru dan Murid-muridnya
Guru-Gurunya. Al-Mizzi berkata, "Masruq meriwayatkan dari beberapa orang yang di antaranya; Ubay bin Ka'ab, Khabab bin Al-Art, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abdullah bin Mas'ud, Ubaid bin Umair Al-Laitsi, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Al-Khathab, Mu'adz bin Jabal, Ma'qil bin Sinan Al-Asyja'i, Al- Mughirah bin Syu'bah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Subai'ah Al-Aslamiyah, sayyidah Aisyah Isteri Rasulullah dan ibunya Ummu Ruman, dan Ummu Salamah Isteri Rasulullah "
Murid-muridnya: Al-Mizzi berkata, "Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits dari Masruq antara lain; Ibrahim An-Nakh'i, Anas bin Sirin, Ayyub bin Hani', Jabal bin Rufaidah, Abu Wail Syaqiq bin Salamah, 'Amir Asy-Sya'bi, Abdullah bin Murrah Al-Khariqi, Abdurrahman bin Abdullah bin Mas'ud, Ubaid bin Nadhlah, Ammarah bin Umair, Al-Qasim bin Al-Muntasyir bin Al-Ajda', Muhammad bin An-Nasyr Al-Hamdani, Abu Adh-Dhuha Salam bin Shabih, Makhul bin Asy-Syami, Yahya bin Al-Jazzar, Yahya bin Watstsab, Abu Al-Ahwash Al-Jusyami, Abu Ishaq As-Subai'i, Abu Asy-Sya'tsa' Al-Muharibi dan isterinya Umair binti Amr."
7. Perkataan dan Perilakunya
Diriwayatkan dari Muslim, dari Masruq, ia berkata, "Cukuplah seseorang tahu maksud dari rasa takut kepada Allah Dan, seseorang akan menjadi bodoh, jika dia merasa bangga dengan apa yang telah diperbuatnya."
Masruq berkata, "Hendaknya seseorang mempunyai tempat yang sunyi, sehingga dapat digunakannya untuk merenungi diri, merenungi dosa-dosanya dan meminta ampunan kepada Allah."
Dari Abu Adh-Dhuha, dia berkata, "pernah Masruq memberikan suatu pertolongan kepada seseorang, kemudian datang seorang wanita memberikan hadiah kepadanya, sehingga Masruq sangat marah dan berkata, "Kalaulah aku tahu bahwa sifat seperti itu terdapat dalam dirimu, niscaya aku tidak mau berbicara denganmu untuk selamanya, selama hal itu masih ada dalam dirimu. Aku pernah mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Barangsiapa memberikan suatu pertolongan kepada seseorang untuk dapat mengembalikan haknya atau menghindarkannya dari suatu kezhaliman yang menimpanya, kemudian dia menerima hadiah dari orang itu, maka perbuatan itu adalah suatu kebinasaan."
Mendengar itu, orang-orang di sekitarnya berkata, "Kami tidak menganggap kebinasaan kecuali jika dia bertujuan menyuap." Masruq menimpali, "Jika bemiat menyuap, maka itu adalah suatu kekufuran."
Dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Pernah Masruq berkata, "Sesungguhnya ketika aku memutuskan perkara dalam suatu pengadilan yang sesuai dengan kebenaran atau aku mendapatkan kebenaran (dalam berijtihad) adalah lebih aku cintai daripada berjuang (perang) selama satu tahun di jalan Allah."
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari Masruq, dia berkata, "Tidaklah ada yang lebih baik bagi seorang mukmin dari kuburan yang dapat dijadikannya tempat beristirahat dari kebisingan dunia dan di dalamnya dia aman dari siksa Allah."
Dari Muslim atau yang lain dari Masruq, dia berkata, "Sesungguhnya prasangka baik yang paling aku sukai adalah ketika seorang pelayan berkata kepadaku, "Dalam rumahnya tidak terdapat uang maupun makanan sedikitpun."
Dari Hilal bin Yasaf, dia berkata, "Rahasia dia dapat menguasai ilmu- ilmu para pendahulunya; ulama salaf dan kontemporer, juga ilmu-ilmu keduniaan dan ilmu akhirat adalah membaca surat Al-Waqi'ah."
Adz-Dzahabi berkata, "Perkataan Masruq ini memang terkesan dibesar- besarkan, karena memang besarnya manfaat atau kandungan yang ada dalam surat tersebut yang meliputi masalah dunia dan akhirat sekaligus.
Adapun maksud dari perkataannya, "Membaca surat Al-Waqi'ah," adalah membacanya dengan merenungi ayat-ayat dan memikirkan tanda- tanda keagungan dan kebesaran Allah dengan merasakan seolah-olah Dia hadir di hadapannya, sehingga dia tidak seperti sebuah perumpamaan yang disebutkan dalam Al-Qur'an, "Seekor keledai yang terseok-seok membawa banyak kitab (tanpa bisa membacanya atau memahami maksud yang dikandungnya)."
9. Meninggalnya
Dari Syaqiq, dia berkata, "Masruq pernah dirantai selama dua tahun. Selama itu dia habiskan untuk melakukan shalat dua rakaat-dua rakaat dengan maksud mendapatkan pahala sunnah Rasulullah
Dari Al-A'masy dari Syaqiq, dia berkata, "Aku pernah berkata kepada Masruq, "Apa yang menyebabkanmu diperlakukan seperti ini?" Dia menjawab, "Ada tiga yang menyebabkanku seperti ini, yaitu: Ziyad, Syuraih dan setan hingga akhimya mereka menjadikanku seperti ini."
Dari Abu Wail, dia berkata, "Bahwasanya ketika menjelang kematiannya, Masruq berkata, "Ya Allah, aku tidak ingin meninggal dunia dengan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah tidak pula Abu Bakar dan Umar bin Al- Khathab Radhiyallahu Anhuma. Demi Allah, aku tidak meninggalkan sesuatu pun kepada seseorang kecuali sesuatu yang melekat pada pedangku ini, maka masukkanlah ia dalam kafanku ini nanti."
Sufyan bin Uyainah berkata, "Masruq meninggal dunia pada tahun 63 Hijriyah. Dia adalah seorang perawi yang dapat dipercaya dan mempunyai banyak hadits Shahih."
Abu Nu'aim berkata, "Masruq meninggal dunia pada tahun 62 Hijriyah." Yahya bin Bakir dan Ibnu Sa'ad berkata, "Dia meninggal pada tahun 63 Hijriyah." !*]
Sumber : 60 Biografi ulama salaf : Syaikh Ahmad Farid
Orang-orang yang terkenal dengan kezuhudan dan kehati-hatiannya, kewara'an dan kesederhanaannya. Mereka yang banyak beribadah dan mempunyai rasa takut yang mendalam kepada Allah sehingga tumbuh dalam diri mereka sesuatu yang pantas untuk dihormati dan dimuliakan. Mereka pantas mendapatkan kenikmatan dan penghormatan itu.
Sifat-sifat di atas tentunya merupakan indikasi dari seorang pemimpin para tabi'in dan para imam yang mau mengamalkan iimunya.
Di antara mereka adalah Masruq bin Al-Ajda' Al-Hamadani yang telah banyak berguru pada beberapa sahabat terkenal yang di antaranya; Abdullah bin Mas'ud, Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Aisyah Ridhwanullahi Alaihim Ajma'in.
Dialah orang yang terkenal dengan kezuhudan, kewara'an dan ibadahnya. Merupakan teladan dan tokoh yang pantas untuk kami jadikan pembuka dalam mengawali penulisan serial biografi ini.
Semoga Allah berkenan menerima semua ibadah dan ketaatan kita dan menyatukan kita dengan para ulama yang mulia dalam derajat yang paling tinggi.
Semoga shalawat dan salam selalu mengalir kepada baginda Rasulullah yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, kepada keluarga serta para sahabatnya yang mulia. Segenap puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
1. Nama dan Kelahirannya
Namanya: Masruq bin Al-Ajda' Al-Hamadani Al-Wadi'i Abu Aisyah Al- Kufi. Dialah Masruq bin Al-Ajda' bin Malik bin Umayyah bin Abdullah bin Murri bin Salman -ada juga yang mengatakan Salaman- bin Muammar bin Al-Harits bin Sa'ad bin Abdullah bin Wadi'ah."
Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khatib berkata, "Ada yang mengatakan bahwa pada waktu kecil, dia pernah hilang diculik, lalu ditemukan lagi sehingga dia dinamakan dengan Masruq (yang dicuri), kemudian ayahnya Al-Ajda' masuk Islam."
Kelahirannya: Tidak seorang pun dari penulis biografinya yang menjelaskan -sejauh yang saya teliti- tentang tanggal dan tempat kelahirannya. Hanya saja mereka dengan jelas memberikan keterangan bahwa dia meninggal pada tahun 62 atau 63 Hijriyah
Harun bin Hatim dari Al-Fadhl bin Amr mengatakan, "Masruq meninggal pada usia 63 tahun." Jadi dapat disimpulkan bahwa dia terlahir pada tahun pertama hijrah atau satu tahun sebelumnya. Wallahu A'lam.
2. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Malik bin Mughawwal berkata, "Aku pernah mendengar Abu Safar mengatakan, "Hamdaniah (nama sebuah suku) belum pernah melahirkan seseorang seperti Masruq."
Dari Amir Asy-Sya'bi, dia berkata, "Aku tidak pernah mengetahui ada orang yang lebih banyak berkelana di berbagai tempat untuk mencari ilmu dari Masruq."
Dari Manshur bin Ibrahim, dia berkata, "Beberapa teman Abdullah bin Mas'ud ada yang mengajarkan kepada banyak orang dan mengajari mereka tentang Sunnah Rasulullah Di antara mereka itu adalah; Alqamah, Al-Aswad, Ubaidah, Masruq, Al-Harits bin Qais dan Amr bin Syarahbil.”
Asy-Sya'bi berkata, "Ketika Ubaidillah bin Ziyad datang ke Kufah, dia bertanya, "Siapakah orang yang terbaik di antara kalian?" mereka menjawab, "Masruq."
Ibnu Al-Madini berkata, "Aku tidak pernah mempersilahkan seorang pun untuk berbaris di belakang Abu Bakar ketika shalat berjamaah, kecuali kepada Masruq (agar sewaktu-waktu bisa mengganti Abu Bakar menjadi imam karena ilmu dan kewibawaannya)."
Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Ibnu Uyainah berkata, "Tidak ada seorang pun yang lebih utama dari Masruq setelah Alqamah."
Dari Ibnu Abjar dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Masruq lebih pantas memberikan fatwa daripada Syuraih, karena Syuraih lebih banyak meminta pendapat Masruq."
Yahya bin Mu'in berkata, "Masruq adalah orang yang dapat dipercaya dan tidak ada orang yang menyamainya. Utsman bin Said bertanya kepada Yahya tentang Masruq dan kepada Urwah mengenai Sayyidah Aisyah, maka dia tidak ragu lagi."
Ibnu Sa'ad berkata, "Dia adalah tsiqah (orang yang dapat dipercaya perkataan dan berita yang dibawanya) dan dia banyak mempunyai hadits yang layak diriwayatkan."
Al-'Ajali berkata, "Dia adalah seorang Tabi'in yang dapat dipercaya, dan termasuk salah seorang teman Abdullah bin Mas'ud yang diperkenankan mengajar dan memberikan fatwa kepada khalayak ramai. Dia banyak melakukan shalat hingga kedua kakinya membengkak."
Abu Nu'aim berkata, "Di antara para teman Abdullah bin Mas'ud, terdapat seseorang yang sangat takut dan sangat cinta kepada Tuhannya dan selalu ingat akan banyaknya dosa yang telah dilakukannya. Dia sangat dihormati keilmuannya, dapat dipercaya dan selalu ingin bertemu kepada Tuhannya dengan memperbanyak ibadah; dialah Abu Aisyah (ayah Aisyah) bemama Masruq."
Dari Mujalid dari Asy-Sya'bi dari Masruq, dia berkata, "Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, "Wahai Masruq, sesungguhnya kamu telah aku anggap sebagai anak sendiri dan kamu termasuk orang yang paling aku cintai. Apakah kamu mempunyai pengetahuan tentang Al-Mikhda' (mengenai suatu kekurangan pada dirinya)?"
3. Ibadahnya
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir, dia berkata, "Masruq memasang penutup antara dia dengan anggota keluarganya ketika shalat
agar khusyuk dalam shalatnya, meninggalkan mereka dan dunia mereka."
Anas bin Sirin dari isteri Masruq, dia berkata, "Masruq banyak melakukan shalat hingga kedua kakinya membengkak. Seringkali aku duduk di belakangnya sambil menangis karena tidak tega melihat apa yang dilakukannya."
Dari Fithr bin Khalifah dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Masruq bin Al-Ajda' jatuh pingsan saat dia menjalankan puasa pada musim kemarau. Sayyidah Aisyah isteri Rasulullah telah mengangkatnya sebagai anak, hingga dia pun (Masruq) memberikan nama kepada puterinya dengan nama Aisyah. Dia tidak pernah memarahi puterinya itu sedikitpun. Perawi melanjutkan ceritanya berkata, "Kemudian puterinya itu datang kepadanya dan berkata, "Wahai Ayah, makan dan minumlah!" Dia menjawab, "Apa yang kamu inginkan dariku wahai puteriku? Sang puteri berkata, "Aku hanya kasihan melihat ayah." Dia berkata, "Wahai puteriku, aku hanya ingin mendapatkan kasih sayang dari Allah di hari yang jaraknya mencapai lima puluh ribu tahun (satu hari lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun -Hari Kiamat-)."
Dari Abu Ishaq, dia berkata, "Ketika Masruq menjalankan ibadah haji, dia tidak pernah tidur kecuali dalam keadaan bersujud."
Ibrahim bin Muhammad bin Al Muntasyir berkata, "Suatu ketika Khalid bin Abdullah bin salah seorang pembesar di Bashrah memberikan hadiah uang kepada Masruq sebanyak tiga puluh ribu dinar. Meski saat itu dia sangat membutuhkannya, namun dia tidak menerimanya."
Abu Ishaq As-Subai'i berkata, "Masruq menikahkan puterinya dengan Sa'ib bin Al-Aqra' dengan mas kawin sepuluh ribu dinar yang diberikan Sa'ib kepadanya. Lalu, uang sebanyak itu dipergunakan Masruq untuk membiayai para pejuang Islam dan menyantuni fakir miskin."
Dari Al-A'masy bin Abi Adh-Dhuha, dia berkata, "Masruq banyak bangun malam dan melakukan shalat layaknya seorang rahib. Dia pernah berkata kepada keluarganya, "Sebutkanlah semua kebutuhan kalian kepadaku sebelum aku melakukan shalat (agar tidak terganggu dalam shalatnya)."
Dari Said bin Jubair, dia berkata, "Masruq pernah menemuiku dan dia berkata, "Wahai Said, tidak ada satupun sesuatu yang dapat menyenangkanku,
kecuali membenamkan wajah kita dalam tanah berdebu."
4. Sikapnya Terhadap Fitnah
Dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Ketika ada seseorang berkata kepada Masruq, "Anda telah terlambat mengikuti pasukan Ali bin Abi Thalib dan terlambat ikut dalam pertempurannya." Sepertinya orang itu ingin berdebat dengannya tentang masalah ini, maka dia berkata, "Demi Allah, aku ingatkan kepada kalian, tidakkah kalian tahu ketika kalian saling mempersiapkan bala tentara dengan persenjataan lengkap untuk saling berperang, pada saat itu pula Allah membukakan pintu langit dan kalian melihatnya, kemudian malaikat pun turun, hingga ketika berada di antara pasukan dari kedua belah pihak, malaikat itu berkata,
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka Di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian." (An-Nisaa': 29)
Apakah hal itu merupakan penghalang di antara kalian?" Mereka berkata, "Ya," dia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah membukakan pintu langit (memberikan solusi) bagi permasalahan ini. Allah telah mengutus malaikat yang mulia melalui perkataan Nabi kalian (Muhammad dengan wahyu yang diterimanya), dan sesungguhnya itulah pengadilan yang terdapat dalam lembaran-lembaran (Al-Qur'an) yang tidak akan ada yang dapat mengganti ataupun merubahnya."
Adz-Dzahabi berkata, "Waki' pernah berkata, "Ada beberapa orang yang pernah ketinggalan dari pasukan Ali bin Abi Thalib yang di antaranya adalah; Masruq bin Al-Ajda', Al-Aswad, Ar-Rabi' bin Khutsaim dan Abu Abdurrahman As-Sulami.
Ada yang mengatakan bahwa dia ikut datang dalam perang Shiffin, namun di sana hanya memberikan wejangan dan mauizhah dan tidak ikut berperang.
Ada juga yang mengatakan bahwa dia ikut serta dalam perang Haruriyah bersama Ali bin Abi Thalib dan dia meminta maaf atas keterlambatannya bergabung bersama Imam Ali bin Abi Thalib
5. Kewara’an dan Kezuhudannya
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari ayahnya dari Masruq, dia berkata, "Sesungguhnya dia tidak pernah mengambil bayaran dari pekerjaannya sebagai hakim. Dia berpedoman pada firman Allah, "Sesungguhnya Allah membeli jiwa raga orang-orang yang beriman dan harta benda mereka dengan surga"
Dari Al-A'masy dari Abu Adh-Dhuha, dia berkata, "Masruq pernah pergi selama dua tahun. Ketika dia datang dari perantauannya itu, keluarganya memandang kopor yang dibawanya, lalu mereka menemukan sebuah kapak di dalamnya, sehingga mereka berkata, "Kamu merantau selama dua tahun lalu datang dengan kapak tanpa pegangan (disangka bahwa mendapatkannya adalah dengan jalan yang tidak benar)." Dia berkata, "Subhanallah, aku meminjamnya dan lupa mengembalikannya."
Abu Adh-Dhuha berkata, "Pada suatu ketika Masruq pernah ditanya mengenai bait-bait syair, kemudian dia berkata, "Aku tidak suka jika dalam kitabku terdapat bait-bait syair."
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim bin Al-Muntasyir, dia berkata, "Masruq setiap hari Jum'at mengendarai keledainya dan aku membonceng- nya di belakang. Dia membawa serta sapu yang sudah tua ke kebun lalu berkata, "Dunia ini ada di bawah (penguasaan/pengelolaan) kita."
Dari Hamzah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dia berkata, "Ada seseorang yang mengatakan kepadaku bahwa Masruq pernah membawa keponakannya ke Kufah, kemudian dia berkata, "Tidakkah kalian ingin aku beritahukan tentang dunia? Dunia adalah apa yang mereka makan lalu habis, yang mereka pakai lalu rusak, yang mereka kendarai lalu binasa; mereka mengalirkan darah, melanggar kehormatan dan memutuskan hubungan silaturrahim di antara mereka.''
6. Guru dan Murid-muridnya
Guru-Gurunya. Al-Mizzi berkata, "Masruq meriwayatkan dari beberapa orang yang di antaranya; Ubay bin Ka'ab, Khabab bin Al-Art, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abdullah bin Mas'ud, Ubaid bin Umair Al-Laitsi, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Al-Khathab, Mu'adz bin Jabal, Ma'qil bin Sinan Al-Asyja'i, Al- Mughirah bin Syu'bah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Subai'ah Al-Aslamiyah, sayyidah Aisyah Isteri Rasulullah dan ibunya Ummu Ruman, dan Ummu Salamah Isteri Rasulullah "
Murid-muridnya: Al-Mizzi berkata, "Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits dari Masruq antara lain; Ibrahim An-Nakh'i, Anas bin Sirin, Ayyub bin Hani', Jabal bin Rufaidah, Abu Wail Syaqiq bin Salamah, 'Amir Asy-Sya'bi, Abdullah bin Murrah Al-Khariqi, Abdurrahman bin Abdullah bin Mas'ud, Ubaid bin Nadhlah, Ammarah bin Umair, Al-Qasim bin Al-Muntasyir bin Al-Ajda', Muhammad bin An-Nasyr Al-Hamdani, Abu Adh-Dhuha Salam bin Shabih, Makhul bin Asy-Syami, Yahya bin Al-Jazzar, Yahya bin Watstsab, Abu Al-Ahwash Al-Jusyami, Abu Ishaq As-Subai'i, Abu Asy-Sya'tsa' Al-Muharibi dan isterinya Umair binti Amr."
7. Perkataan dan Perilakunya
Diriwayatkan dari Muslim, dari Masruq, ia berkata, "Cukuplah seseorang tahu maksud dari rasa takut kepada Allah Dan, seseorang akan menjadi bodoh, jika dia merasa bangga dengan apa yang telah diperbuatnya."
Masruq berkata, "Hendaknya seseorang mempunyai tempat yang sunyi, sehingga dapat digunakannya untuk merenungi diri, merenungi dosa-dosanya dan meminta ampunan kepada Allah."
Dari Abu Adh-Dhuha, dia berkata, "pernah Masruq memberikan suatu pertolongan kepada seseorang, kemudian datang seorang wanita memberikan hadiah kepadanya, sehingga Masruq sangat marah dan berkata, "Kalaulah aku tahu bahwa sifat seperti itu terdapat dalam dirimu, niscaya aku tidak mau berbicara denganmu untuk selamanya, selama hal itu masih ada dalam dirimu. Aku pernah mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Barangsiapa memberikan suatu pertolongan kepada seseorang untuk dapat mengembalikan haknya atau menghindarkannya dari suatu kezhaliman yang menimpanya, kemudian dia menerima hadiah dari orang itu, maka perbuatan itu adalah suatu kebinasaan."
Mendengar itu, orang-orang di sekitarnya berkata, "Kami tidak menganggap kebinasaan kecuali jika dia bertujuan menyuap." Masruq menimpali, "Jika bemiat menyuap, maka itu adalah suatu kekufuran."
Dari Asy-Sya'bi, dia berkata, "Pernah Masruq berkata, "Sesungguhnya ketika aku memutuskan perkara dalam suatu pengadilan yang sesuai dengan kebenaran atau aku mendapatkan kebenaran (dalam berijtihad) adalah lebih aku cintai daripada berjuang (perang) selama satu tahun di jalan Allah."
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al-Muntasyir dari Masruq, dia berkata, "Tidaklah ada yang lebih baik bagi seorang mukmin dari kuburan yang dapat dijadikannya tempat beristirahat dari kebisingan dunia dan di dalamnya dia aman dari siksa Allah."
Dari Muslim atau yang lain dari Masruq, dia berkata, "Sesungguhnya prasangka baik yang paling aku sukai adalah ketika seorang pelayan berkata kepadaku, "Dalam rumahnya tidak terdapat uang maupun makanan sedikitpun."
Dari Hilal bin Yasaf, dia berkata, "Rahasia dia dapat menguasai ilmu- ilmu para pendahulunya; ulama salaf dan kontemporer, juga ilmu-ilmu keduniaan dan ilmu akhirat adalah membaca surat Al-Waqi'ah."
Adz-Dzahabi berkata, "Perkataan Masruq ini memang terkesan dibesar- besarkan, karena memang besarnya manfaat atau kandungan yang ada dalam surat tersebut yang meliputi masalah dunia dan akhirat sekaligus.
Adapun maksud dari perkataannya, "Membaca surat Al-Waqi'ah," adalah membacanya dengan merenungi ayat-ayat dan memikirkan tanda- tanda keagungan dan kebesaran Allah dengan merasakan seolah-olah Dia hadir di hadapannya, sehingga dia tidak seperti sebuah perumpamaan yang disebutkan dalam Al-Qur'an, "Seekor keledai yang terseok-seok membawa banyak kitab (tanpa bisa membacanya atau memahami maksud yang dikandungnya)."
9. Meninggalnya
Dari Syaqiq, dia berkata, "Masruq pernah dirantai selama dua tahun. Selama itu dia habiskan untuk melakukan shalat dua rakaat-dua rakaat dengan maksud mendapatkan pahala sunnah Rasulullah
Dari Al-A'masy dari Syaqiq, dia berkata, "Aku pernah berkata kepada Masruq, "Apa yang menyebabkanmu diperlakukan seperti ini?" Dia menjawab, "Ada tiga yang menyebabkanku seperti ini, yaitu: Ziyad, Syuraih dan setan hingga akhimya mereka menjadikanku seperti ini."
Dari Abu Wail, dia berkata, "Bahwasanya ketika menjelang kematiannya, Masruq berkata, "Ya Allah, aku tidak ingin meninggal dunia dengan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah tidak pula Abu Bakar dan Umar bin Al- Khathab Radhiyallahu Anhuma. Demi Allah, aku tidak meninggalkan sesuatu pun kepada seseorang kecuali sesuatu yang melekat pada pedangku ini, maka masukkanlah ia dalam kafanku ini nanti."
Sufyan bin Uyainah berkata, "Masruq meninggal dunia pada tahun 63 Hijriyah. Dia adalah seorang perawi yang dapat dipercaya dan mempunyai banyak hadits Shahih."
Abu Nu'aim berkata, "Masruq meninggal dunia pada tahun 62 Hijriyah." Yahya bin Bakir dan Ibnu Sa'ad berkata, "Dia meninggal pada tahun 63 Hijriyah." !*]
Sumber : 60 Biografi ulama salaf : Syaikh Ahmad Farid
Posting Komentar
Posting Komentar