Menyelamatkan Pisang dari Serangan Layu Fusarium
Peluang pengembangan agribisnis komoditas pisang di Indonesia masih terbuka luas. Secara umum tanaman pisang dapat dibudidayakan hampir diseluruh daerah di Indonesia. Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl).
Untuk keberhasilan usahatani pisang petani pisang perlu memperhatikan penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan bagi tanaman pisang. Penyakit pisang dapat mengakibatkan turunnya kualitas dan kuantitas produksi.
Salah satu penyakit utama tanaman pisang adalah penyakit layu fusarium. Nama lain dari layu fusarium adalah penyakit Panama yang disebabkan oleh cendawan. Penyakit ini sukar dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Gejala Penyakit Layu Fusarium
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman pisang yag terserang :
- Daun tua berwana Kuning kehijauan. Dimulai dari pinggir daun berlanjut ke daun yang lebih muda. Daun paling muda yang baru membuka, adalah daun yang paling terakhir yang memperlihatka gejala.
- Batang semu pecah membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga terjadi pada tanaman muda atau anakan. Anakan meanjadi kerdil, daun meyempit, batang semu pecah dan mengembang ke atas.
- Tangkai Daun dan Bagian Dalam Batang Semu Bila dipotong, ditemukan jaringan/benang berupa garis berwarna coklat/hitam/ungu/kekuningan.
- Bonggol Bila dipotong, bagian tengah berwarna hitam, coklat atau ungu.
- Buah umumnya tidak sampai panen. Bila panen ukurannya menjadi kecil, layu dan matang sebelum waktunya.
- Tampilan Jatung awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong tidak memperlihatkan perbedaan dengan jantung pisang yang sehat.
Pengendalian Layu Fusarium
- Penggunaan bibit bebas penyakit yaitu bibit yag diambil dari lahan yang diyakini benar-benar bebas dari penyakit layu Fusarium (FOC). Bibit pisang yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit. Namun bibit yang bebas penyakit ini haya dapat bertahan bila pada lahan tidak ada bibit penyakit layu fusarium.
- Melakukan pergiliran tanaman.
Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman, gulma tersebut merupakan inang sementara bibit penyakit layu Fusarium (FOC).
- Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru sebaiknya dilihat terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang akan digunakan sebagai lahan pertanaman pisang, masukkan ke dalam kantong atau ember plastik setinggi 25 cm. Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos kotoran ayam dan 8 bagian tanah. Biarkan 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisag yang tidak tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati pisang yang ditanam akan memperlihatkan gejala penyakit layu fusarium.
- Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC seperti Janten/Ketan, Muli, Taduk, Raja Kinalun/Pisang Prancis, FHIA-25 dan FHIA-17.
- Pemakaian agensia hayati: Trichoderma sp, Gliocladium sp. Dan Pseudomonas fluorescens. Pada prinsipnya penggunaan agensia hayati masih bersifat pencegahan. Agensia hayati digunakan pada saat tanam atau dimasukkan pada lubang tanam.
- Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit pisang) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah yag masih bebas penyakit.
- Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber bibit penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar atau penyuntikan menggunakan Herbisida dengan dosis 12 cc untuk tanaman induk, 2,5 cc untuk anakan berumur 4-6 bulan (tinggi 50 – 100 cm) dan 1 cc untuk anakan berumur kurang dari 4 bulan ( tinggi< 50 cm). Injeksi menggunakan minyak tanah dengan takaran 5 sendok makan untuk tanaman induk, 3 sendok makan untuk tanaman berumur 4-6 bulan dan 1-2 sendok makan untuk tanaman berumur kurang dari 4 bulan. Penyuntikan dilakukan 20-40 cm di atas leher akar untuk tanaman induk dan sekitar 10-15 cm untuk tanaman anakan. Penyuntikan dilakukan sampai pada bagian tengah (empulur) tanaman pisang dengan sudut kemiringan 60°.
- Sterilisasi alat panen seperti pisau, parang atau golok menggunakan desinfektan misalnya menggunakan bayclean atau alkohol. Alat pertanian lainnya seperti cangkul, sekop dan lain-lain, disarankan untuk selalu dicuci dengan sabun dan disterilkan, terutama ketika alat tersebut digunakan secara berpindah-pindah antar kebun (adiwirawan/swk).
Sumber. bali.litbang.pertanian.go.id
Posting Komentar
Posting Komentar