๐ธ๐ Membicarakan Urusan Dunia Di Masjid ๐๐ธ
Hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya di masjid.
Dari Harb bin Simak, katanya:
Imam An Nawawi Rahimahullah mengomentari hadits ini:
Sebenarnya para ulama khilafiyah, sebagaimana keterangan berikut:
Namun, pendapat Syafi’iyah lebih kuat berdasarkan hadits di atas. Hanya saja membiasakan diri membicarakan perkara dunia di masjid juga bukan hal yang patut. Oleh karenanya hendaknya ini tidak menjadi kebiasaan agar masjid tidak menjadi seolah kedai kopi, yang tidak memiliki kewibawaan dan kemuliaan.
Wallahu A'lam
๐พ๐บ๐๐๐☘️๐ท๐ธ๐๐ผ๐ป๐ฟ
✏️ Farid Nu'man Hasan
Dari Harb bin Simak, katanya:
ُْููุชُ ِูุฌَุงุจِุฑِ ุจِْู ุณَู ُุฑَุฉَ ุฃَُْููุชَ ุชُุฌَุงِูุณُ ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ َูุงَู َูุนَู ْ َูุซِูุฑًุง َูุงَู َูุง َُูููู ُ ู ِْู ู ُุตََّูุงُู ุงَّูุฐِู ُูุตَِّูู ِِููู ุงูุตُّุจْุญَ ุฃَْู ุงْูุบَุฏَุงุฉَ ุญَุชَّู ุชَุทُْูุนَ ุงูุดَّู ْุณُ َูุฅِุฐَุง ุทََูุนَุชْ ุงูุดَّู ْุณُ َูุงู َ ََููุงُููุง َูุชَุญَุฏَّุซَُูู ََููุฃْุฎُุฐَُูู ِูู ุฃَู ْุฑِ ุงْูุฌَุงَِِّูููุฉِ ََููุถْุญََُููู ََููุชَุจَุณَّู
Saya berkata kepada Jabir bin Samurah: Apakah kau pernah bermajelis dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Beliau menjawab: “Ya, banyak. Beliau tidaklah bangun dari tempat shalatnya di waktu shalat subuh atau pagi sampai terbitnya matahari. Jika matahari telah terbit dia bangun. Dahulu mereka membicarakan peristiwa-peristiwa yang mereka alami ketika masih jahiliyah, lalu mereka tertawa dan tersenyum.” (HR. Muslim No. 670, Abu Daud No. 1294, Ahmad No. 20844, Ibnu Hibban No. 6259)
Imam An Nawawi Rahimahullah mengomentari hadits ini:
َูุฌُูุฒُ ุงูุชَّุญَุฏُّุซُ ุจุงْูุญَุฏِูุซِ ุงْูู ُุจَุงุญِ ِูู ุงْูู َุณْุฌِุฏِ َูุจِุฃُู ُูุฑِ ุงูุฏَُّْููุง َูุบَْูุฑَِูุง ู َِู ุงْูู ُุจَุงุญَุงุชِ َูุฅِْู ุญَุตَู َِูููุง ุถَุญٌِู ََููุญُُْูู ู َุง ุฏَุงู َ ู ُุจَุงุญًุง
Dibolehkan berbicara dengan pembicaraan yang mubah di dalam masjid dan urusan dunia dan selainnya yang mubah, walaupun melahirkan tawa dan semisalnya selama berasal dari yang mubah. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 2/180)
Sebenarnya para ulama khilafiyah, sebagaimana keterangan berikut:
ูุฐูุจ ุงูุญูููุฉ ูุงูู ุงูููุฉ ูุงูุญูุงุจูุฉ ุฅูู ูุฑุงูุฉ ุงูููุงู ูู ุงูู ุณุงุฌุฏ ุจุฃู ุฑ ู ู ุฃู ูุฑ ุงูุฏููุง
ูุงู ุงูุญูููุฉ: ูุงูููุงู ุงูู ุจุงุญ ููู ู ูุฑูู ูุฃูู ุงูุญุณูุงุช ูู ุง ุชุฃูู ุงููุงุฑ ุงูุญุทุจ ูุฅูู ู ูุฑูู ูุงููุฑุงูุฉ ุชุญุฑูู ูุฉ، ูุฃู ุงูู ุณุงุฌุฏ ูู ุชุจู ูู. ููุงู ุงูุญูุงุจูุฉ: ูููุฑู ุฃู ูุฎูุถ ูู ุญุฏูุซ ุงูุฏููุง، ููุดุชุบู ุจุงูุทุงุนุฉ ู ู ุงูุตูุงุฉ ูุงููุฑุงุกุฉ ูุงูุฐูุฑ ูุฐูุจ ุงูุดุงูุนูุฉ ุฅูู ุฌูุงุฒ ุงูููุงู ุงูู ุจุงุญ ูู ุงูู ุณุฌุฏ
Pendapat Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah bahwa makruh berbicara urusan dunia di masjid. Hanafiyah mengatakan: “Pembicaraan yang mubah di masjid adalah makruh, akan menghabiskan kebaikan-kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar, maka itu makruh tahrim, karena masjid tidak dibangun untuk itu. Hanabilah mengatakan: dimakruhkan ikut campur membicarakan dunia dan membuatnya sibuk dari melakukan ketaatan berupa shalat, membaca Al Quran, dan berdzikir. Pendapat Syafi’iyah membolehkan berbicara yang mubah di masjid. .. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 35/118)
Namun, pendapat Syafi’iyah lebih kuat berdasarkan hadits di atas. Hanya saja membiasakan diri membicarakan perkara dunia di masjid juga bukan hal yang patut. Oleh karenanya hendaknya ini tidak menjadi kebiasaan agar masjid tidak menjadi seolah kedai kopi, yang tidak memiliki kewibawaan dan kemuliaan.
Wallahu A'lam
๐พ๐บ๐๐๐☘️๐ท๐ธ๐๐ผ๐ป๐ฟ
✏️ Farid Nu'man Hasan
Posting Komentar
Posting Komentar